Senin, 03 November 2014

Tugas Softskill Perilaku Konsumen


(Studi Kasus Studi Kasus Pengaruh Gaya Hidup sehari-hari dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Sarung)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sarung merupakan salah satu pakaian bangsa Indonesia yang masih eksis hingga kini. Atribut produk segala jenis busana pada umumnya berhubungan dengan budaya dan adat istiadat komunitas pemakainya. Demikian pula dengan sarung, atributnya sangat dipengaruhi oleh budaya masyarakat Indonesia.
Di manca negara, sarung juga banyak digunakan di negara-negara Asia, seperti Malaysia, Brunei, Kamboja, India dan Pakistan, serta telah di perkenalkan kepada orang-orang di belahan Timur Tengah, sehingga industri sarung lebih menarik untuk dikelola dan diekspor. Sarung juga memiliki daya tarik tersendiri untuk dikembangkan, karena potensi bangsa Indonesia sebagai produsen dan konsumen sehingga dapat ikut mengembangkan perekonomian bangsa serta sarung bisa merupakan salah satu komoditas ekspor.
Secara umum, pengguna sarung dapat dibedakan menjadi tiga kategori sebagai berikut:
1) Pengguna yang menggunakan sarung sebagai pakaian sehari-hari, baik pada acara resmi ataupun pada kondisi santai,
2) Pengguna sarung yang menggunakan sarung hanya sebagai pakaian santai saja,
3) Pengguna sarung untuk pakaian insidentil.
Untuk memperoleh gambaran yang representative dari konsumen sarung, maka penelitian akan difokuskan untuk meneliti bagi pengguna sarung kategori pertama dan kedua saja.
1.2 Perumusan Masalah
Sebelum memutuskan untuk membeli konsumen menilai faktor-faktor atribut produk sarung yang layak dibeli. Jika faktor-faktor tersebut diketahui secara tepat maka produsen dapat membuat produk sarung sesuai dengan kebutuhan konsumennya. Yang menjadi permasalahan adalah seberapa besar tingkat kepentingan faktor-faktor yang menimbulkan kecenderungan minat beli konsumen.
Tiap-tiap faktor terdiri dari beberapa variabel yang dapat dieksplor untuk mengetahui persepsi konsumen dalam memilih produknya.
1.3 Landasan Teori
Model perilaku pelanggan (Model of customer behavior)
Budaya memegang pengaruh yang sangat kuat bagi konsumen sarung dalam memilih produknya Pada gambar Model of Buyer Behavior menjelaskan proses terjadinya pengambilan keputusan oleh pelanggan untuk membeli dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar angsangan marketing.
Rangsangan lain-lain:
1) Ekonomi : Daya beli yang tersedia dalam suatu perekonomian bergantung pada pendapatan, yang tingkat dan distribusinya berbeda-beda.
2) Teknologi : yang paling kuat dalam membentuk hidup manusia dan dapat memberikan dampak positip dan negatif, termasuk dalam proses pemasaran .
3) Politik dan hukum dapat mempengaruhi kondisi dan stabilitas masyarakat yang mempunyai dampak terhadap rangsangan keputusan pembelian.
4) Budaya : Keyakinan, nilai-nilai dan norma dibentuk oleh masyarakat dimana mereka dibesarkan yang dapat bergeser mengikuti model atau trend baru.
Rangsangan-rangsangan tadi kemudian membentuk buyer characteristic, yaitu cultural (kebudayaan), social (sosial), personal (pribadi) dan psychology (psikologi) yang erupakan karakteristik pembeli, yang dapat mendorong konsumen untuk melakukan proses pengambilan keputusan membeli barang sehingga konsumen mendapatkan manfaat.dari pemilihan produk yang dibeli.
Budaya merupakan unsur yang sangat penting, yang mempengaruhi keinginan (wants) dan perilaku (behavior) seseorang.
Karakteristik pembeli (Buyer’s characteristic)
Selain faktor budaya dan sub budaya, kelas sosial juga memiliki pengaruh penting pada perilaku konsumen, yang biasanya merupakan strata sosial. Kelas sosial mencerminkan penghasilannya, yang sekaligus sebagai indikator pekerjaan, pendidikan dan tempat tinggal. Tiap-tiap kelas sosial memiliki ciri yang berbeda-beda, termasuk ciri dalam memilih busana/sarung, preferensi produk dan merek.
Keputusan membeli dipengaruhi pula oleh karakteristik pribadi, yaitu usia, dan tahap hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri pembeli Selera terhadap konsumsi barang-barang jasa yang dibeli berhubungan dengan usia seseorang.
Stanford Research Institute, yang membuat definisi daripada segmen yang berbeda-beda. Dikemukakannya ada 8 group segmen dengan definisi masing-masing group sebagai berikut : Actualizers, Fulfilleds, Believers, Achievers, Strivers, Experiencers, Makers and Strugglers.(Assel,1996:326)
Group Believers adalah kelompok yang mempunyai orientasi prinsip yang kurang dalam memiliki harta kekayaan. Orientasi mereka lebih tradisional dibandingkan dengan kelompok fulfilleds. Kehidupan mereka terpusat pada keluarga, gereja (rumah ibadat/masjid), komunitas dan bangsa. Mereka menghargai aturan dan percaya pada otoritas figure.
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya, yang menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup seorang pegawai negeri umumnya adalah mencari status dirinya dalam lingkungan birokrasi, sedangkan gaya hidup seorang kyai adalah menggambarkan seorang yang moralis.
Proses keputusan pembelian (Buyer’s decision process)
ui1
Sumber : Kotler, 2000, 179
Gambar 2. Five Stage of the Consumer Buying Process
Kecenderungan seseorang untuk memilih pakaian dipengaruhi oleh budaya mereka,bahkan oleh sub budayanya, seperti agama, ras, daerah geografis yang kemudian melahirkan norma-norma sosial. Sarung sebagai salah satu pakaian bangsa Indonesia tidak terlepasdari latar belakang budaya bangsa Indonesia dalam berbusana. Kelas sosial akan mempengaruhi seseorang dalam tatanan dan cara berpakaian, menentukan ragam yang dipersepsikan layak dan tidak layak digunakan sehingga menciptakan nilai-nilai yang merupakan variabel pakaian yang layak untuk dipilih.
Variabel-variabel tersebut kemudian dikelompokkan menjadi beberapa faktor yang cenderungan dipertimbangkan oleh konsumen sarung dalam memilih produknya. Faktor-faktor tersebut akan dianalisa dalam penelitian sehingga diketahui seberapa besar masing-masing faktor dapat menimbulkan kecenderungan minat beli konsumen sarung.
Secara sederhana kerangka konsep yang diuraikan diatas dapat digambarkan dalam skema / bagan berikut ini :
ui
Gambar 3. Kerangka Konsep Minat Beli Konsumen Sarung
Harga merupakan faktor yang sensititif sekali, lebih-lebih bagi segment believers yang lebih mempertimbangkan faktor harga dibandingkan dengan faktor kualitas. Faktor acuan, terutama terhadap mereka yang menjadi panutan seperti kyai, ulama, patriot, merupakan faktor yang dipertimbangkan. Masalah ketersediaan barang diduga dipertimbangkan namun tidak signifikan karena pakaian/sarung bukan merupakan kebutuhan sehari-hari.
Berdasarkan uraian tersebut diatas dan tinjauan teori yang sudah dipaparkan, maka hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1) Faktor-faktor acuan merupakan faktor-faktor yang menimbulkan minat beli konsumen sarung.
2) Faktor Harga dan Faktor Acuan merupakan faktor-faktor yang paling dominan yang menimbulkan minat beli konsumen sarung.
BAB II
PEMBAHASAN

Component Transformation Matrix
 1
Tabel 3. Transformation Matrix
Sumber : Output Program SPSS
Dari tabel 3 dapat dijelaskan bahwa pada diagonal faktor (component) 1, 2, 3 dan 6 jatuh diatas angka 0,5 (0,703, 0,766, - 0,720 dan 0,601), membuktikan bahwa keempat faktor (component) yang terbentuk sudah tepat karena mempunyai korelasi yang tinggi. Diagonal component 4 dan 5 menunjukkan angka dibawah 0,5 yang menunjukkan terdapat component lain pada masing-masing faktor yang mempunyai korelasi cukup tinggi. Pada Faktor (component) 4, diagonalnya menunjukkan angka 0,152. Component 4 pada faktor-faktor 1,2,3, 5 dan 6 menunjukkan angka lebih besar, bahkan pada Faktor 5 (component 4) menunjukkan angka - 0,679.
Demikian pula pada faktor (component) 5, dengan angkamenunjukkan 0,074 padahal untuk faktor 6 (component 5) menunjukkan angka 0,672.
Dari analisa tersebut diatas, maka terbentuknya Faktor 1, Faktor2 dan Faktor 3 sudah tepat karena mempunyai korelasi yang tinggi. Faktor 4 dan Faktor 5 mempunyai korelasi yang rendah sehingga masih ada korelasi dengan fakor yang lain., sedangkan Faktor 6 sekalipun mempunyai korelasi yang tinggi (faktor 6 dengan component 6), tetapi mempunyai korelasi yang lebih tinggi dengan component 5. Dengan demikian, antara Faktor 4, 5 dan 6 cenderung terjadi interkorelasi.
Menentukan Label Faktor
Setelah faktor-faktor terbentuk, ternyata variabel-variabel yang masuk pada masing-masing faktor tidak sama dengan yang diprediksi sebelumnya. Oleh karenanya, perlu memberikan nama label baru yang representative bagi variabel-variabel yang masuk didalam masing-masing faktor-faktor sebagai berikut : Kualitas kain (24,30 %), Acuan (18,55%), Merek dan Warna (7,95 %), Kemasan dan Harga (5.89 %), Diskon dan Hadiah (4,96 %) dan Ketersediaan (4,44 %). Jumlah varians tersebut diatas kurang dari 100 %, menunjukkan masih tedapat stimuli pembelian sebagai faktor-faktor lain yang belum terungkap, yaitu : ekonomi, teknologi, politik dan budaya.
Interpretasi faktor-faktor
Semua variabel yang masuk pada tiap-tiap faktor mempunyai korelasi positip, artinya bertambah besar loading variabel yang bersangkutan bertambah besar pula kecenderungan minat beli konsumen terhadap produk sarung
Faktor Acuan. Faktor Acuan (18,55 %), yang terdiri dari variabel: tokoh / pejabat terkenal(loading 0,860), bintang film cakep(loading 0,825), tokoh / kyai / ulama idola (loading 0,793), kainnya tebal (0,604), referensi anggota keluarga(loading 0,579) dan referensi temankolega (loading 0,533).
Dengan besarnya kecenderungan terhadap figure, maka konsumen sarung berarti memiliki salah satu dari ciri group believer, yang tersentralisasi pada kehidupan keluarga, mempunyai kepercayaan kepada otoritas figure (trust authority figures) dengan pejabat yang terkenal sebagai mode yang paling baik ditiru, kemudian bintang film yang cakep yang merupakan obsesi untuk mendapatkan self performance seperti bintang film yang cakep, dan ulama / kyai / tokoh idola menunjukkan betapa kuat peranan tokoh panutan dalam mensosialisasikan budaya
berpakaian.
Faktor-faktor dominan
Dalam hipotesis diduga harga dan acuan merupakan faktor yang paling dominan yang menimbulkan kecenderungan minat beli konsumen sarung.
Dari hasil analisis secara keseluruhan, ternyata faktor-faktor yang paling dominan yang menimbulkan minat beli konsumen sarung secara berurutan adalah Faktor Kualitas dan faktor Acuan.
Faktor Kualitas (kehalusan kain, motif kotak-kotak, tidak mudah kusut, warnanya tidak mudah pudar dan luntur, jahitannya rapi dan kuat, terasa nyaman bila dipakai awet dan tidak mudah koyak) merupakan faktor yang paling dominan dengan varians sebesar 24,30%.
Faktor Acuan (pejabat terkenal, ulama/kyai/tokoh idola, bintang film yang cakep, anggota keluarga, teman.kolega, kain yang tebal) merupakan faktor dominan selanjutnya dengan varians sebesar 18,55%.

PENUTUP
BAB III
3.1 Kesimpulan
1) Faktor-faktor yang menimbulkan minat beli konsumen terhadap produk sarung adalah Faktor Kualitas, 24,30 %, terdiri dari jahitan kuat dan rapi, tidak mudah pudar dan luntur, tidak mudah kusut, nyaman dipakai, awet dan tidak mudah koyak, motif kotak-kotak, kainnya halus, pilihannya lengkap. Faktor Acuan, 18,55 %, terdiri dari: pejabat terkenal, bintang film yang cakep, ulama / kyai / tokoh idola, sarung yang tebal, anggota keluarga, teman kolega. Faktor Merek dan Warna 7,95 % terdiri dari: pertimbangan merek, merek terkenal, merek tertentu, mempertimbangkan tempat pembelian, membeli ditempat terkenal, kombinasi warna yang cemerlang, harga yang sebanding dengan kualitasnya. Faktor Kemasan dan Harga 5,89 % terdiri dari: manfaat kemasan, bentuk dan desain kemasan, bahan kemasannya tahan lama, membanding-bandingkan harga, harga dasarnya murah.
Faktor Diskon dan Hadiah tingkat kepentingan 4,96 % terdiri dari: mendapatkan discount harga, pembelian berhadiah. Faktor Ketersediaan 4,44 % terdiri dari satu variabel saja, yaitu : membeli di toko / pasar terdekat.
2) Faktor paling dominan yang menimbulkan kecenderungan minat beli konsumen sarung adalah Faktor Kualitas dan Faktor Acuan.
3) Konsumen sarung lebih cenderung untuk memilih sarung yang nyata manfaat fisik produknya yang menunjukkan bahwa tolok ukur value produk sarung bagi konsumen adalah variabel-variabel yang masuk dalam Faktor Kualitas tersebut diatas.
3.1 Daftar Pustaka
Aaker, Jennifer L. 1991, The Malleable Self : The Role of Self Expression in Persuasion, Journal of Marketing Research, Vol XXXVI, 44-57.
Amy K. Smith, Ruth N Bolton dan Janet Wagner, 1999, A Model of Customer Satisfaction with Service Encountters Involving Failure and Recover, Journal of Marketing Research, Vol XXXVI, 366-472.
Assel, Henry, 1996, Cunsumer Behavior and Marketing Action, PWS-KENT Publishing Company, Boston.
Chijiwa, Hideaki, 1987, Color Harmony, A Guide to Create Color Combination, Rockport publisher, Rockport, Massachusetts.
Cracens, David Wm, 1997, Stategic Markerting, Fifth edition, Irwin Book Team.
Jumaeri, Wagimun, Jufri Rasyid, Djamhir, Okim, Gani, Hasan, 1975, Pengetahuan Barang Tekstil, Institut Teknologi Tekstil Bandung, Bandung.
Kotler, Philip, 2000, Marketing Management, The Millnennium Edition, Prentice Hall International, Inc.
Maholtra Naresh K, 1996, Marketing Research, An Applied Orientation, NJ, Prentice Hall, Inc.
Moerdoko, Wibowo, Isminingsih, Wagimun, Soeripto, 1973. Evaluasi Tekstil (bagian fisika), Institut Teknologi Tekstil Bandung, Bandung.
Niraj Dawar dan Philip Parker, 1994, Marketing Universal: Consumers Use Brand Name, Price, Physical Appearance, and Retailer Reputation as Signals of Product Quality, Journal of Marketing, Volume 58, 81-95.
Priyono, Fredy Agus, 1997, Analisa Faktor-Faktor Yang Dipertimbangkan Konsumen Dalam Membeli Minyak Goreng Merek Ikan Dorang (Study Kasus Pada PT Ikan Dorang Surabaya (tidak dipublikasikan), PPS Untag Surabaya.
Santoso, Singgih, 2002, SPSS Statistik Multivariat, PT Alex Media Komputerindo, Jakarta. 2001, Statistik Non Parametrik, Buku Latihan SPSS, PT Alex Media Komputerindo, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar