Rabu, 07 Januari 2015

TUGAS KELOMPOK SOFTSKILL

TUGAS KELOMPOK SOFTSKILL
“ MOTIVASI KEPEMIMPINAN DALAM SEBUAH ORGANISASI “





Nama Anggota Kelompok :
1.      AGUNG HARY PURNOMO                     (10212354 )
2.      DEWI CRISTI                                              (11212948 )
3.      FAISAL CHANIF AZIZ                              (12212675 )
4.      MUCHAMAD ANSORI                              (14212739 )
5.      SUNTORO AJI                                             (17212198 )
Kelas : 3EA18
UNIVERSITAS GUNADARMA
2014 - 2015

BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Pemimpin dapat mempengaruhi moral, kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting efektivitas manajer. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas-kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan, kemampuan untuk menyeleksi pemimpin-pemimpin yang efektif akan meningkat, bila organisasi dapat mengidentifikasikan perilaku dan teknik-teknik kepemimpinan efektif organisasi, berbagai perilaku dan teknik tersebut akan dapat dipelajari. Penilaian prestasi kerja (performance appraisal) adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja pegawai. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personal dan memberikan umpan balik kepada para pegawai tentang pelaksanaan kerja mereka. Kegunaan-kegunaan penilaian prestasi kerja dapat dirinci sebagai berikut, perbaikan prestasi kerja, penyesuaian-penyesuaian kompensasi, keputusan-keputusan penempatan, kebutuhan latihan dan pengembangan, perencanaan dan pengembangan karier, penyimpangan-penyimpangan proses staffing, ketidakakuratan informasional, kesalahan desain pekerjaan, kesempatan kerja yang adil dan tantangan-tantangan eksternal.
Di hampir semua perusahaan yang ada, pegawai merupakan asset penting yang wajib mereka jaga. Oleh karena itu bagi perusahaan yang khususnya bergerak dibidang jasa pelayanan yang mengandalkan tingkat kinerja pegawai di perusahaannya, maka perusahaan tersebut dituntut untuk mampu mengoptimalkan kinerja pegawainya. Salah satu pendekatan dalam  upaya meningkatkan kinerja pegawai tersebut dapat dilakukan melalui praktek kepemimpinan atau gaya kepemimpinan yang handal dan motivasi berprestasi yang tinggi dan terarah. Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki perilaku yang berbeda dalam memimpin para pengikutnya, perilaku para pemimpin itu disebut dengan gaya kepemimpinan. Kepemimpinan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan motivasi, karena keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung kepada kewibawaan, dan juga pemimpin itu di dalam menciptakan motivasi didalam diri setiap orang bawahan, kolega maupun atasan pemimpin itu sendiri. Kurang adanya peranan kepemimpinan dalam menciptakan komunikasi yang harmonis serta memberikan pembinaan pegawai, akan menyebabkan tingkat kinerja pegawai rendah. Demikian halnya dengan kurangnya motivasi pegawai seperti tidak disiplin masuk kerja, malas-malasan dalam bekerja akan menyebabkan kinerja pegawai rendah.
Bernard (1999: 27), mengemukakan bahwa ungkapan seperti output, kinerja, efisiensi, efektivitas sering dihubungkan dengan produktivitas. Sedangkan produktiv-itas sendiri merupakan rasio output terhadap input. Bahkan ada yang melihat performan-ce dengan memberikan penekanan kepada nilai efisien, yang diartikan sebagai rasio output dan input, sedang pengukuran efisien menggantikan penentuan outcome tersebut. Selain efisiensi produktivitas juga dikaitkan dengan kualitas output yang diukur berdasarkan beberapa standar yang telah ditentukan sebelumnya. Kinerja suatu lembaga tidak terlepas dari kinerja karyawannya. Begitu juga dengan pemerintah daerah, kinerjanya sangat ditentukan oleh kinerja pegawai yang bekerja di pemerintah daerah yang bersangkutan.
Disamping faktor kepemimpinan, faktor motivasi yang akan mempengaruhi kinerja pegawai yang dimiliki seseorang adalah merupakan potensi, dimana seseorang belum tentu bersedia untuk mengerahkan segenap potensi yang dimilikinya untuk mencapai hasil yang optimal, sehingga masih diperlukan adanya pendorong agar seseorang pegawai mau menggunakan seluruh potensinya. Daya dorong tersebut sering disebut motivasi. Melihat kenyataan tersebut, sudah saatnya pimpinan dapat lebih banyak memberikan kesempatan kepada pegawai mengembangkan sumber daya manusia agar lebih berprestasi dalam melaksanakan tugas
Pelayanan, terlebih lagi dalam rangka otonomi daerah. Dengan demikian kiranya perlu dirumuskan secara mendalam, usaha – usaha secara terpadu dan berkesinambungan melalui penerapan analisis kepemimpinan dan motivasi terhadap kinerja pegawai yang dikembangkan di lingkungan kerja.
Faktor internal seperti sumber daya manusia (SDM), kemampuan pelayanan publik dan budaya intern birokrasi daerah merupakan pola suatu elemen yang harus dipertimbangkan. Manajemen sumber daya manusia ini terasa semakin sulit manakala pemerintah daerah dihadapkan pada situasi di mana daerah menerima limpahan pegawai (mutasi) dari pemerintah pusat. Kemampuan pelayanan public pemerintah daerah selama ini tampaknya masih jauh dari harapan masyarakat.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari tulisan ini antara lain :
a.       Apa konsep kepemimpinan dan motivasi ?
b.      Bagaimana pengaruh kepemimpinan terhadap motivasi kerja ?

3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari tulisan ini antara lain :
a.       Mahasiswa dapat mengetahui konsep-konsep kepemimpinan dan motivasi
b.      Agar mengetahui pengaruh-pengaruh kepemimpinan dalam memotivasi pegawai/bawahan.
c.       Untuk mengetahui perilaku individu / manusia / konsumen kelompo dan sistem teradap perilaku organisasi
d.      Untuk mengetahui cara mendeterminasi perilak manusia / konsumen agar dapat mempengaruhi pencapaian tujuan
4. Metode penulisan
Metode yang kami gunakan dalam membuat makalah ini menggunakan metode dari via interrnet yakni dari website google






















BAB II
ANALISA PEMBAHASAN

1.      PENDAHULUAN
·         Definisi Organisasi
pengertian organisasi merupakan sekumpulan orang-orang yang disusun dalam kelompok-kelompok, yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, Organisasi adalah system kerjasama antara dua orang atau lebih, atau organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk pencapaian tujuan bersama, organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.
1. Organisasi Menurut Stoner
Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan orang-orang di bawah pengarahan manajer (pimpinan) untuk mengejar tujuan bersama.
2. Organisasi Menurut James D. Mooney
Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
3. Organisasi Menurut Chester I. Bernard
Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
  1. Pengertian / Definisi Organisasi Informal dan Organisasi
Formal
1. Organisasi Formal
Organisasi formal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar, serta dengan hubungan kerja yang rasional. Contoh : Perseroan terbatas, Sekolah, Negara, dan lain sebagainya.
2. Organisasi Informal
Organisasi informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Contoh : Arisan ibu-ibu sekampung, belajar bersama anak-anak SD dan lain-lain.
  1. Ciri – Ciri Organisasi
Kalau kita memperhatikan penjelasan di atas tentang pengertian organisasi maka dapatlah di katakan bahwa setiap bentuk organisasi akan mempunyai unsur-unsur tertentu, yang antara lain sebagai berikut:
1. Sebagai Wadah Atau Tempat Untuk Bekerja Sama
Organisasi adalah merupakan merupakan suatu wadah atau tempat dimana orang-orang dapat bersama untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan tanpa adanya organisasi menjadi saat bagi orang-orang unutk melaksanakan suatu kerja sama, sebab setiap orang tidak mengetahui bagaiman cara bekerja sama tersebut akan dilaksankan. Pengertian tempat di sini dalam ari yang konkrit, tetapi dalam arti yang abstrak, sehingga dengan demikian tempat sini adalah dalam arti fungsi yaitu menampung atau mewadai keinginan kerja sama beberapa orang untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam pengertian umum, maka organisasi dapat berubah wadah sekumpulan orang-orang yang mempunyai tujuan tertentu misalnya organisasi buruh, organisasi wanita, organisasi mahasiswa dan sebagainya.
2. Proses kerja sama sedikitnya antar dua orang
Suatu organisasi, selain merupakan tempat kerja sama juga merupaka proses kerja sama sedikitnya antar dua orang. Dalam praktek, jika kerja sam atersebut di lakukan dengan banyak orang, maka organisasi itu di susun harus lebih sempurna dengan kata lain proses kerja sama di lakukan dalam suatu organisasi,mempunayi kemungkinan untuk di laksanakan dengan lebih baik hal ini berarti tanpa suatu organisasi maka proses sama itu hanya bersifat sementara, di mana hubungan antar kerja sama antara pihak-pihak bersangkutan kurang dapat diatur dengan sebaik-baiknya.
3. Jelas tugas kedudukannya masing-masing
Dengan adanya organisasi maka tugas dan kedudukan masing-masing orang atau pihak hubngan satu dengan yang lain akan dapat lebih jelas, dengan demikian kesimpulan dobel pekerjaan dan sebagainya akan dapat di hindarkan. Dengan kata lain tanpa orang yang baik mereka akan bingung tentang apa tugas-tugasnya dan bagaimana hubungan antara yang satu dengan yang lain.
4. Ada tujuan tertentu
Betapa pentingnya kemampuan mengorganisasi bagi seorang manajer. Suatu perencana yang kurang baik tetapi organisasinya baik akan cendrung lebih baik hasilnya dari pada perencanaan yang baik tetapi organisasi tidak baik.
  1. Unsur – Unsur Organisasi
Secara sederhana organisasi memiliki tiga unsur, yaitu ada orang, ada kerjasama, dan ada tujuan bersama. Tiga unsur organisasi itu tidak berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi saling kait atau saling berhubungan sehingga merupakan suatu kesatuan yang utuh. Adapun unsur-unsur organisasi secara terperinci adalah :
1. Man
Man (orang-orang), dalam kehidupan organisasi atau ketatalembagaan sering disebut dengan istilah pegawai atau personnel. Pegawai atau personnel terdiri dari semua anggota atau warga organisasi, yang menurut fungsi dan tingkatannya terdiri dari unsur pimpinan (administrator) sebagai unsur pimpinan tertinggi dalam organisasi, para manajer yang memimpin suatu unit satuan kerja sesuai dengan fungsinya masing-masing dan para pekerja (nonmanagement/workers). Semua itu secara bersama-sama merupakan kekuatan manusiawi (man power) organisasi.
2. Kerjasama
Kerjasama merupakan suatu perbuatan bantu-membantu akan suatu perbuatan yang dilakukan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu, semua anggota atau semua warga yang menurut tingkatan-tingkatannya dibedakan menjadi administrator, manajer, dan pekerja (workers), secara bersama-sama merupakan kekuatan manusiawi (man power) organisasi.
3. Tujuan Bersama
Tujuan merupakan arah atau sasaran yang dicapai. Tujuan menggambarkan tentang apa yang akan dicapai atau yang diharapkan. Tujuan merupakan titik akhir tentang apa yang harus dikerjakan. Tujuan juga menggambarkan tentang apa yang harus dicapai melalui prosedur, program, pola (network), kebijaksanaan (policy), strategi, anggaran (budgeting), dan peraturan-peraturan (regulation) yang telah ditetapkan.
4. Peralatan (Equipment)
Unsur yang keempat adalah peralatan atau equipment yang terdiri dari semua sarana, berupa materi, mesin-mesin, uang, dan barang modal lainnya (tanah, gedung/bangunan/kantor).
5. Lingkungan (Environment)
Faktor lingkungan misalnya keadaan sosial, budaya, ekonomi, dan teknologi. Termasuk dalam unsur lingkungan, antara lain :
a. Kondisi atau situasi yang secara langsung maupun secara tidak langsung berpengaruh terhadap daya gerak kehidupan organisasi, karena kondisi atau situasi akan selalu mengalami perubahan.
b Tempat atau lokasi, sangat erat hubungannya dengan masalah komunikasi dan transportasi yang harus dilakukan oleh organisasi.
c Wilayah operasi yang dijadikan sasaran kegiatan organisasi. Wilayah operasi dibedakan menjadi : a). Wilayah kegiatan, yang menyangkut jenis kegiatan atau macam kegiatan apa saja yang boleh dilakukan sesuai dengan tujuan organisasi b). Wilayah jangkauan, atau wilayah geografis atau wilayah teritorial, menyangkut wilayah atau daerah operasi organisasi. c). Wilayah personil, menyangkut semua pihak (orang-orang, badan-badan) yang mempunyai hubungan dan kepentingan dengan organisasi. d). Wilayah kewenangan atau kekuasaan, menyangkut semua urusan, persoalan, kewajiban, tugas, tanggung jawab dan kebijaksanaan yang harus dilakukan dalam batas-batas tertentu yang tidak boleh dilampaui sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. Kekayaan Alam
Yang termasuk dalam kekayaan alam ini misalnya keadaan iklim, udara, air, cuaca (geografi, hidrografi, geologi, klimatologi), flora dan fauna.
·       Disiplin Ilmu
Disiplin ilmu adalah ilmu/pengetahuan yg kita dalami dan merupakan keahlian utama kita...sifatnya lebih detail/spesifik bukan secara umum.  Misalnya: 
- disiplin ilmu Ekonomi Makro => bukan ilmu Ekonomi sj tp lebih khusus/detail ke Makro Ekonomi
- disiplin ilmu Garfika Komputer => banyak bidang dlm dunia komputer, misalnya Jaringan,Internet,Pemrograman,Grafika Komputer...sekali lagi...lebih spesifik. 
·         Model Dasar perilaku organisasi
Pasar  organisasi  terdiridarisemuaperorangan  danorganisasi yang membelibarang dengan tujuanuntukdiproseskembali,  dijualatau  didstribusikan  kembali. Organisasimerupakan  pasar  bagibahanbaku, barangjadi, sukucadang, instalasi, perlatan, perbekalandanjugajasa.
Produsenmembelibarangdanjasadengantujuanmeningkatkanpenjualan, menekanbiayaataumemenuhituntutansosialdan legal.Biladibandingkandenganpasarkonsumsi, pasarprodusenmelibatkan  jumlah  pembeli yang lebihsedikit, denganskalapembelian yang lebihbanyakdan yang secarageografislebihterpusat; jenispermintaannya  adalah  "turunan"  (derived demand)  dan  relatifinelastis,  serta  lebihberfluktuasi; proses  pembeliannya  jugalebih  profesional.
2.      PERILAKU INDIVIDU
Perilaku individu dalam organisasi adalah bentuk interaksi antara karakteristik individu dengan karakteristik organisasi. Setiap individu dalam organisasi, semuanya akan berperilakuberbeda satu sama lain, dan perilakunya adalah ditentukan oleh masing-masing lingkungannya yang memang berbeda. Individu membawa ke dalam tatanan organisasi kemampuan,kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan dan pengalaman masa lalunya. Karakteristik yang dipunyai individu ini akan dibawanya manakala memasuki lingkungan baru yaitu oraganisasi atau yg lainnya. Organisasi juga merupakan suatu lingkungan yang mem punyai karakteristik seperti keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hirarki, pekerjaan, tugas,  wewenang,tanggung jawab, sistem penggajian, sistem pengendalian, dan sebagainya.Dalam kaitan antara individu dengan organisasi, maka ia membawa karakteristik individu ke dalam organisasi, sehingga terjadilah interaksi antara karakteristik individu dengankarakteristik organisasi. Interaksi keduanya mewujudkan perilaku individu dalam organisasi.Perilaku individu juga dapat dipahami dengan mempelajari karakteristik individu. Nimran dalamSopiah (2008) menjelaskan karakteristik yang melekat pada individu terdiri dari ciri-ciribiografis, kepribadian, persepsi dan sikap.
·         Perilaku Kelompok
Tahap Pembentukan (forming)
Memiliki karakteristik besarnya ketidakpastian atas tujuan, struktur, dan kepemimpinan kelmpok tersebut. Para anggotanya “menguji kedalam air” untuk menentukan jenis – jenis perilaku yang dapat diterima. Tahap ini selesai ketika para anggotanya mulai menganggap diri mereka sebagai bagian dari kelompok.

Tahap Timbulnya Konflik (Strorming)
Satu dari konflik intrakelompok. Para anggotanya menerima keberadaan kelompok tersebut, tetapi terdapat penolakan terhadap batasan – batasan yang diterapkan kelompok tersebut terhadap setiap individu. Lebih jauh lagi, terdapat konflik atas siapa yang akan mengendalikan kelompok tersebut. Ketika tahap ini selesai, terdapat sebuah hierarki yang relatif kelas atas kepemimpinan dalam kelompok tersebut.

Tahap Normalisasi
Tahap ketiga ini adalah tahap di mana hubungan yang dekat terbentuk dan kelompok tersebut menunjukkan kekohesifan. Dalam tahap ini terdapat sebuah rasa yang kuat akan identitas kelompok dan persahabatan. Tahap normalisasi (norming stage) ini selesai ketika struktur kelompok tersebut menjadi solid dan kelompok telah mengasimilasi serangkaian ekspektasi definisi yang benar atas perilaku anggota.

Tahap Performing (Berkinerja)
Pada titik ini struktur telah sepenuhnya fungsional dan diterima. Energi kelompok  telah berpindah dari saling mengenal dan memahami menjadi mengerjakan tugas yang ada.

Tahap Adjourning Stage (Pembubaran)
Untuk kelompok – kelompok kerja yang permanen, berkinerja adalah tahap terakhir dalam perkembangan mereka. Tetapi, untuk komisi, tim, angkatan tugas sementara, dan kelompok -  kelompok kerja yang mempunyai tugas yang terbatas untuk dilakukan, terdapat tahap pembubaran. Dalam tahap ini, kelompok tersebut mempersiapkan diri untuk pembubarannya. Kinerja tugas yang tinggi tidak lagi menjadi prioritas tertinggi kelompok. Sebagai gantinya, perhatian diarahkan untuk menyelesaikan aktivitas – aktivitas. Respons dari anggota kelompok dalam tahap ini bervariasi. Beberapa merasa gembira, bersenang – senang dalam persahabatan dan pertemanan yang didapatkan selama kehidupan kelompok kerja tersebut.
3.      PENGORGANISASIAN DAN STRUKTUR ORGANISASI
·         Dimensi Oganisasi
Empat desain keputusan (pembagian kerja, pendelegasian kewenangan, pembagian departemen, dan rentang kendali) menghasilkan struktur organisasi, Para peneliti dan praktisi manajemen berusaha untuk mengembangan pemahaman mengenai hubungan antar struktur dan kinerja, sikap, keefektifan, dan variabel lainnya. Secara umum, gambaran mengenai struktur meliputi formalisasi, sentralisasi, dan kerumitan.
·         Rentang Kendali
Berapa orang jumlah bawahan yang dapat dikendalikan secara efektif oleh seorang manajer.
·         Struktur Organisasi
Struktur Organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal dengan mana organisasi dikelola. Menunjukann kerangka dan susunan perwujudan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian maupun orang-orang yang menunjukan kedudukan, tugas dan wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi.
Faktor-faktor struktur organisasi
1. Strategi organisasi untuk mencapai tujuannya.
2. Teknologi yang digunakan.
3. Anggota dan orang-orang yang terlibat dalam organisasi.
4. Ukuran organisasi.
Unsur-unsur Struktur Organisasi
o   Spesialisasi kegiatan.
o   Standardisasi kegiatan.
o   Koordinasi kegiatan.
o   Sentralisasi dan desentralisasi.
o   Ukuran satuan kerja.
4.      KEPEMIMPINAN
·         Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
·         Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan  bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin.
Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:
- pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan;
- sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif;
- kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara efektif. 
·         Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
a.  konsiderasi dan struktur inisiasi
Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri  ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta memperlakukannya setingkat dirinya.
b.  berorientasi kepada bawahan dan produksi
Perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.
Kecenderungan perilaku pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443)
·         Gaya Kepemimpnan
Istilah gaya secara kasar adalah sama dengan cara yang digunakan pemimpin di dalam mempengaruhi para pengikutnya. Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat
o   Gaya Kepemimpinan Kontinum (Robert Tannenbaum dan Warren Schmidt)
o   Gaya Kepemimpinan Managerial Grid (Robert R Blake dan Jane S Mouton)
o   Gaya Kepemimpinan Tiga Dimensi dari Reddin
o   Gaya Kepemimpinan Empat Sistem Manajemen dari Likert
5.      MOTIVATION
·         Definisi Motivasi
Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. (Mr. Donald : 1950).
Motivasi adalah usaha – usaha untuk menyediakan kondisi – kondisi sehingga anak itu mau melakukan sesuatu (Prof. Drs. Nasution : 1995).
·         Teori Motivasi
Untuk memahami tentang motivasi, kita akan bertemu dengan beberapa teori tentang motivasi, antara lain :
Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara satu kenyataan dengan dorongan yang ada dalam diri. Apabila pegawai kebutuhannya tidak terpenuhi maka pegawai tersebut akan menunjukkan perilaku kecewa.
Abraham Maslow (Mangkunegara, 2005) mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia adalah sebagai berikut :
a.       Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik, bernapas, seksual
b.      Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling dasar
c.       Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan diri dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup
d.      Kebutuhan untuk rasa memiliki (sosial), yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai
e.       Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain
f.       Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide, gagasan dan kritik terhadap sesuatu
Teori Keadilan
Keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat  kerja seseorang, jadi perusahaan harus bertindak adil terhadap setiap karyawannya. Penilaian dan pengakuan mengenai perilaku karyawan harus dilakukan secara obyektif. Teori ini melihat perbandingan seseorang dengan orang lain sebagai referensi berdasarkan input dan juga hasil atau kontribusi masing-masing karyawan (Robbins, 2007).
Teori X dan Y
Douglas McGregor mengemukakan pandangan nyata mengenai manusia. Pandangan pertama pada dasarnya negative disebut teori X, dan yang kedua pada dasarnya positif disebut teori Y (Robbins, 2007).
Teori Kebutuhan McClelland
      Teori kebutuhan McClelland dikemukakan oleh David McClelland dan kawan-kawannya. Teori ini berfokus pada tiga kebutuhan, yaitu (Robbins, 2007) :
a. Kebutuhan pencapaian (need for achievement) : Dorongan untuk berprestasi dan mengungguli, mencapai standar-standar, dan berusaha keras untuk berhasil.
b. Kebutuhan akan kekuatan (need for pewer) : kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya.
c. Kebutuhan hubungan (need for affiliation) : Hasrat untuk hubungan antar pribadi yang ramah dan akrab.
6.      KOMUNIKASI
·         Azaz Komunikasi
Asas-asas organisasi adalah berbagai pedoman yang sejauh mungkin hendaknya dilaksanakan agar diperoleh struktur organisasi yang baik dan aktivitas organisasi dapat  berjalan lancar.
Peran dari asas-asas organisasi yaitu sebagai :
Pedoman untuk membentuk struktur organisasi yang sehat dan efisien.
Pedoman untuk melakukan kegiatan organisasi agar dapat berjalan lancar.

Asas organisasi penting bagi manajemen sebagai dasar membantu melaksanakan fungsi pengorganisasian terutama dalam menyusun struktur organisasi, dan dalam menjamin pelaksanaan kegiatan organisasi yang lancar, efektif dan efisien. Bagi pegawai atau pejabat organisasi asas-asas organisasi menjadi pegangan bekerja/melaksanakan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan penuh tanggungjawab sesuai dengan wewenang yang diberikan.

Beberapa asas organisasi yang penting diperhatikan organisasi yaitu :
o   Perumusan tujuan dengan jelas
o   Departemenisasi
o   Pembagian kerja
o   Koordinasi
o   Pelimpahan wewenang
o   Rentangan kontrol
o   Jenjang organisasi
o   Kesatuan perintah
o   Fleksibilitas
o   Berkelangsungan
o   Keseimbangan
·         Saluran Komunikasi
Pola Komunikasi
1.      Saluran Komunikasi Formal
·                 Komunikasi dari atas ke bawah
Dipakai untuk menyampaikan informasi, mengarahkan, mengkordinasi, memotivasi, memimpin dan mengendalikan berbagai kegiatan dibawah.Menurut Katz dan Kahn komunikasi kebawah punya 5 tujuan pokok:
v  Memberikan pengarahan atau instruksi kerja
v  Memberi informasi tentang mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan
v  Memberikan informasi mengenai prosedur dan praktek organisasional
v  Memberikan umpan balik pelaksanaan kerja kepada karyawan
v  Memberikan informasi tentang aspek-aspek yang membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai
v  Kelemahan: sensor atas informasi penting kepada bawahan
·         Komunikasi dari bawah ke atas
    • Pesan atau ide berasal dari bawahan dan bawahan terlibat langsung dalam pengambilan keputusan
    • Manajer harus percaya penuh kepada bawahannya
    • Kelemahan: bawahan menyampaikan informasi yang baik-baik saja
·         Komunikasi Horizontal
    • Komunikasi antar manajer, antar sejawat atau antar karyawan
    • Tujuan: melakukan persuasi, mempengaruhi dan memberikan informasi kepada bagian atau departemen yang memiliki kedudukan sejajar
    • Bersifat koordinatif
    • Penting bila tingkat ketergantungan antar divisi cukup besar.
·         Komunikasi Diagonal
    • Melibatkan komunikasi antara dua tingkat organisasi yang berbeda
    • Diterapkan pada organisasi yang terdapat keterkaitan dan ketergantungan yang besar pada setiap divisi
    • Keuntungan
Keterbatasan Komunikasi Formal
  • Keterbatasan untuk masuk kedalam proses pengambilan keputusan
  • Banyak jalur yang harus dilalui untuk dapat berkomunikasi secara langsung dengan manajer puncak
  • Gagasan yang jitu dari bawah harus melalui manajer tingkat bawah lalu manajer tingkat menengah sebelum sampai ke manajer puncak.
  • Distorsi pesan, setiap pesan yang mengalir dari atas maupun bawah memungkinkan adanya perubahan terhadap pesan aslinya.
2.      Saluran Komunikasi Informal
  • Komunikasi informal cenderung luwes dan tidak ketat, seperti terjadi disaat-saat istirahat kerja dikantor.
  • Garis atau kotak yang ada dalam organisasi tidak mampu mencegah orang-orang yang ada dalam organisasi untuk saling bertukar informasi antara satu dengan yang lain.
  • Informasi bersifat umum seperti humor, keluarga, anak-anak, dunia olahraga, musik, acara film, TV maupun situasi kerja.
  • Hambatan dalam komunikasi
Dalam proses organisasi tidaklah selalu mulus, tentunya akan banyak terjadi hambatan-hambatan pada perjalanananya. Hambatan yang sering muncul adalah hambatan komunikasi, karena komunikasi adalah kunci utama dalam kesuksesan organisasi mengingat banyaknya orang yang terlibat didalammnya. Hambatan tersebut tentunya bukan menjadi suatu pengganjal dalam organisasi karena semua hambatan pastinya dapat diselesaikan dengan baik dan tepat. Berikut ini adalah macam-macam hambatan dalam organisasi yaitu :

Hambatan dari Proses Komunikasi yaitu hambatan yang timbul dari ketidak jelasan informasi yang akan disampaikan.
Hambatan Fisik yaitu hambatan yang terjadi akibat ada gangguan cuaca, gangguan sinyal, dsb
Hambatan Semantik yaitu hambatan yang terjadi akibat pemahaman yang sedikit mengenai bahasa dan istilah-istilah asing yang digunakan dalam informasi atau pesan
Hambatan Psikologis yaitu hambatan yang berasal dari gangguan kondisi kejiwaaan dari si pengirim pesan atau penerima pesan sengingga mengakibatkan informasi tersebut mengalami perubahan
Hambatan Manusiawi yaitu hambatan yang terjadi akibat tingkat emosi manusia yang tidak menentu dalam menyikapi informasi atau pesan
Hambatan Organisasional yaitu tingkat hirarkhi, wewenang manajerial dan spesialisasi yaitu hambatan yang timbul akibat komunikasi dengan atasan atau bawahan mengalami kendala seperti tingkat pemahaman terhadap suatu informasi yang berbeda yang mengakibatkan sebuah hambatan.
Hambatan-hambatan Antar Pribadi yaitu hambatan yang timbul antar pribadi didalam sebuah organisasi, biasanya hambatan ini muncul karena adanya salah paham antar pribadi yang menyangkut masalah tugas dan wewenang dari orang yang ada dalam organisasi.
·         Komunikasi organisasi
Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin organizare, yang secara harafiah berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling bergantung. Di antara para ahli ada yang menyebut paduan itu sistem, ada juga yang menamakannya sarana.
Everet M. Rogers dalam bukunya Communication in Organization, mendefinisikan organisasi sebagai suatu sistem yang mapan dari mereka yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, melalui jenjang kepangkatan, dan pembagian tugas. Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan, pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.
7.      NILAI, SIKAP DAN KEPUASAN KERJA
·         Nilai
Nilai berhubungan erat dengan sikap, dalam arti bahwa nilai itu dapat digunakan sebagai suatu cara mengorganisasi sejumlah sikap. Menurut Gibson et al. (1986) pengertian nilai didefinisikan sebagai kumpulan dari perasaan senang dan tidak senang, pandangan, keharusan, kecenderungan dalam diri orang, pendapat yang rasional dan tidak rasional, prasangka dan pola asosiasi yang menentukan pandangan seseorang tentang dunia. Sedangkan nilai menurut Robbin (2001) yaitu keyakinan-keyakinan dasar bahwa suatu modus perilaku atau keadaan akhir dari eksistensi yang khas lebih disukai secara pribadi atau sosial dibandingkan suatu modus perilaku atau keadaan akhir eksistensi yang berlawanan.
Nilai mengandung suatu unsur pertimbangan dalam arti nilai mengemban gagasan-gagasan seorang individu mengenai apa yang benar, baik atau diinginkan. Nilai sangat pening untuk mempelajari perilaku keorganisasian, karena nilai meletakkan dasar untuk memahami sikap dan motivasi serta karena nilai mempengaruhi persepsi kita. Nilai yang kita anut sebagin besar ditentukan oleh faktor genetik. Jadi nilai-nilai dari orang tua memainkan suatu bagian yang  penting dalam menjelaskan akan bagaimana nilai-nilai kita.  Selanjutnya nilai-nilai  ditentukan oleh budaya, guru, teman dan juga pengaruh lingkungan. Nilai-nilai yang dianut seseorang itu tidaklah tetap tetapi apabila nilai-nilai yang dianut seseorang tersebut berubah, maka perubahan itu sangat lambat. Sebagian besar nilai yang kita anut dibangun dalam usia dini (bisa melalui orangtua, guru, teman dan lain-lain). Banyak hal tentang apa yang benar dan salah dirumuskan dari pandangan yang dikemukakan oleh orangtua kita. Ketika menjadi dewasa dan dihadapkan pada sistem nilai lain, mungkin nilai yang kita punya bisa berubah. Menarik untuk disimak bahwa nilai relatif stabil dan abadi. Hal ini merupakan hasil dari komponen genetik dan cara bagaimana nilai tersebut dipelajari. Penanaman nilai dari orangtua selalu memberitahukan mana perilaku yang diinginkan dan perilaku yang tidak diinginkan. Pembelajaran nilai yang mutlak atau hitam putih inilah, bila digabung dengan suatu yang cukup banyak dari faktor genetik yang kurang lebih menjami kestabilan dan keabadian nilai-nilai tersebut
·         Sikap
Menurut Mitchell (1982) para ilmuwan sosial umumnya sependapat bahwa sikap dapat dipandang sebagai predisposisi untuk bereaksi dengan cara yang menyenangkan atau tidak terhadap obyek, orang, konsep atau apa saja. Ada beberapa asumsi penting yang menjadi dasar dari definisi diatas. Pertama, sikap berhubungan dengan perilaku. Berdasarkan sikapnya terhadap sesuatu,  seseorang cenderung untuk berperilaku tertentu. Kedua, sikap terikat erat dengan perasaan orang dengan suatu obyek. Sedangkan ketiga, sikap adalah konstruk yang bersifat hipotesis, artinya konsekuensinya dapat diamati, akan tetapi sikap itu sendiri tidak dapat diamati.  
Pendapat yang lain menurut Gibson et al. (1986) mendefinisikan sikap adalah kesiap-siapan mental, yang diorganisasi lewat pengalaman, yang mempunyai pengaruh tertentu kepada tanggapan seseorang terhadap orang, obyek dan situasi yang berhubungan dengannya. Definisi mengenai sikap ini mempunyai pengaruh tertentu pada manajer. Pertama, sikap menentukan kecenderungan orang terhadap segi tertentu dari dunia ini. Kedua, sikap memberikan dasar emosional bagi hubungan interpersonal seseorang dan pengenalannya terhadap orang lain. Ketiga, sikap diorganisasi dan dekat dengan inti kepribadian.
Pengertian sikap menurut Robbin (2001) adalah pernyataan atau pertimbangan evaluatif (baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan) mengenai obyek, orang atau peristiwa
Hal ini dapat dilihat pada 3 (tiga) komponen dalam sikap yaitu :
  1. Pengertian (cognition) adalah segmen pendapat atau keyakinan akan suatu sikap. Bagian ini terdiri dari persepsi, pendapat, dan kepercayan orang. Bagian kognitif bertautan dengan proses berpikir, dengan tekanan khusus kepada rasionalitas dan logika.  
  2. Keharuan (affect) adalah segmen emosional atau perasaan dari suatu sikap. Komponen ini dipelajari dari orang tua, guru, dan teman sejawat.  
  3. Perilaku (behavior) adalah suatu maksud untuk berperilaku dengan suatu cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu. Komponen perilaku ini merupakapan komponen tindakan dari sikap. Cara seseorang bertindak menghadapi orang lain atau sesuatu barang dapat ramah, hangat, agresif, bermusuhan, apatis  atau dengan  sesuatu cara lain.
·         Kepuasan Kerja
Pendapat Robbin (2001) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu sikap umum seorang individu terhadap perkerjaannya. Adapun terdapat faktor-faktor yang sangat penting di dalam mendorong kepuasan kerja, adalah  sebagai berikut :
a.       Kerja yang secara mental menantang.
b.      Ganjaran yang bagus
c.       Kondisi kerja yang mendukung
d.      Rekan sekerja yang mendukung
e.       Kesesuaian antara kepribadian dan pekerjaan
8.      Kepribadian dan persepsi
·         Kepribadian
Kepribadian adalah sekumpulan cara bagaimana seorang individu beraksi dan berinteraksi dengan orang lain. Kepribadian merupakan determinan paling penting bagi individu, karena kepribadian menentukan bagaimana seorang individu berpikir, berperilaku, dan berperasa dalam berbagai macam situasi yang berbeda-beda. Ada beberapa faktor yang dianggap berpengaruh terhadap kepribadian seseorang yaitu :
·        Turunan (heredity). Faktor ini menyangkut segala sesuatu yang berhubungan dengan keturunan, seperti bentuk fisik, turunan biologis, dan turunan psikologis.
·        Lingkungan (environmental). Faktor ini meliputi budaya tempat kita dibesarkan, norma-norma keluarga, norma masyarakat, agama, dan kondisi sosial.
·        Situasi (situation). Pada situasi yang berbeda orang akan cenderung menampilkan aspek kepribadian yang berbeda pula.
Beberapa ilmuan mencoba mengklasifikasikan kepribadian ke dalam pola-pola tertentu. Dua teori yang paling populer yang mencoba mengklasifikasikan kepribadian adalah The Myers-Briggs Type Indicator dan The Big Five Model.
            The Myers-Briggs Type Indicator mengklasifikasikan kepribadian ke dalam empat kriteria berlawanan yang akan membentuk 16 pola kepribadian. Empat kriteria tersebut adalah :
·        Introvert vs Extrovert (I-E)
·        Sensing vs Intuitive (S-N)
·        Thinking vs Feeling (T-F)
·        Perceiving vs  Judging (P-I)
            The Big Five Model  menjelaskan ada lima dimensi yang mendasari kepribadian manusia. Lima dimensi tersebut adalah :
·        Extroversion adalah dimensi kepribadian yang mendeskripsikan seseorang sebagai orang yang asertif.
·        Agreebleness adalah dimensi kepribadian yang mendeskripsikan seseorang sebagai orang yang kooperatif dan dapat dipercaya.
·        Conscientiousness adalah dimensi kepribadian yang mendeskripsikan seseorang sebagai orang yang bertanggung jawab, dapat diandalkan, dan teratur rapi.
·        Emotional stability adalah dimensi kepribadian yang mendeskripsikan kepribadian yang mendeskripsikan ketahanan seseorang terhadap tekanan atau stres.
·        Openess to experience adalah dimensi kepribadian yang mendeskripsikan seseorang sebagai orang yang sensitif, imajinatif, dan penuh rasa ingin tahu.
·         Persepsi
Persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu-individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan. Namun apa yang merupakan persepsi seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang objektif. Karena perilaku orang didasarkan pada persepsi mereka akan realitas, dan bukan pada realitas itu sendiri, maka persepsi sangat penting pula dipelajari dalam perilaku organisasi. Menurut Robbins dan Judge (2009), persepsi (perception) diartikan sebagai cara individu menganalisis dan mengartikan pengamatan indrawi mereka dengan tujuan untuk memberikan makna terhadap lingkungan sekitar mereka. Seorang individu akan memandang segala sesuatu dengan persepsi mereka sendiri yang mungkin saja berbeda dengan persepsi orang lain. Mengapa persepsi itu penting dalam studi perilaku organisasi, karena dari perilaku individu inilah persepsi mendasari cara pandang mereka dalam menghadapi kenyataan hidup, dalam melakukan proses aktifitas atau kegiatan untuk mencapai tujuan yang akan memberikan hasil yang terbaik sesuai dengan harapan mereka.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu :
  1. Pelaku persepsi : penafsiran seorang individu pada suatu objek yang dilihatnya akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri, diantaranya sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan. Kebutuhan atau motif yang tidak dipuaskan akan merangsang individu dan mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi mereka. Contoh-contoh seperti seorang tukang rias akan lebih memperhatikan kesempurnaan riasan orang daripada seorang tukang masak, seorang yang disibukkan dengan masalah pribadi akan sulit mencurahkan perhatian untuk orang lain, dls, menunjukkan bahwa kita dipengaruhi oleh kepentingan/minat kita. Sama halnya dengan ketertarikan kita untuk memperhatikan hal-hal baru, dan persepsi kita mengenai orang-orang tanpa memperdulikan ciri-ciri mereka yang sebenarnya.
  2. Target : Gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target akan membentuk cara kita memandangnya. Misalnya saja suatu gambar dapat dilihat dari berbagai sudut pandang oleh orang yang berbeda. Selain itu, objek yang berdekatan akan dipersepsikan secara bersama-sama pula. Contohnya adalah kecelakaan dua kali dalam arena ice skating dalam seminggu dapat membuat kita mempersepsikan ice skating sebagai olah raga yang berbahaya. Contoh lainnya adalah suku atau jenis kelamin yang sama, cenderung dipersepsikan memiliki karakteristik yang sama atau serupa.
  3. Situasi : Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang wanita yang berparas lumayan mungkin tidak akan terlalu ‘terlihat’ oleh laki-laki bila ia berada di mall, namun jika ia berada dipasar, kemungkinannya sangat besar bahwa para lelaki akan memandangnya.
9.      IMBALAN, HUKUMAN DAN DISIPLIN
·         Imbalan
Imbalan atau kompensasi adalah faktor penting yang mempengaruhi bagaimana dan mengapa orang-orang bekerja pada suatu organisasi dan bukan pada organisasi yang lainnya. Perusahaan harus cukup kompetitif dengan beberapa jenis kompensasi untuk mempekerjakan, mempertahankan, dan memberi imbalan terhadap kinerja setiap individu di dalam organisasi. Sistem kompensasi dalam organisasi harus dihubungkan dengan dengan tujuan dan strategi organisasi serta keseimbangan antara keuntungan dan biaya pengusaha dengan harapan dari karyawan.

Program kompensasi dalam organisasi harus memiliki empat tujuan, antara lain :
(1) terpenuhinya sisi legal, dengan segala peraturan dan hukum yang sesuai
(2) efektifitas biaya untuk organisasi
(3) keseimbangan indivdual, internal, eksternal untuk seluruh karyawan
(4) peningkatan keberhasilan kinerja organisasi.
Mondy dan Noe (1993: 320) kompensasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kompensasi finansial dan kompensasi non finansial. Kompensasi finansial terdiri dari  kompensasi finansial langsung (direct financial compensation) dan kompensasi finansial tidak langsung (indirect financial compensation).
Hal ini penting dilakukan karena tujuan memberi imbalan pada dasarnya adalah memotivasi anggota organisasi, membuat kerasan pekerja yang sudah ada, dan menarik orang yang berkualitas masuk dalam organisasi.
       * Memotivasi anggota organisasi
Sistem imbalan yang dirancang oleh suatu organisasi harus mampu memacu motivasi kerja dari anggota organisasi agar berprestasi pada tingkat yang tinggi. Untuk itu imbalan yang dibentuk oleh organisasi harus memiliki nilai di mata organisasi.
      * Membuat kerasan pekerja yang sudah ada
            Sistem imbalan yang dibuat oleh suatu organisasi ditujukan unutk mempertahankan perkerja yang sudah ada terutama perkerja yang berkualitas agar mereka kerasan berkerja dan tidak mudah tertarik untuk pindah ke organisasi yang lainya.
      * Untuk menaci orang-orang yang berkualitas
            Kemajuan suatu organisasi ditentukan oleh kualitas orang-orang yang ada didalamnya. Organisasi harus mampu menarik orang-orang yang berkualitas agar mereka tertarik untuk masuk kedalam organisasi. Salah satu daya tarik seseorang masuk bergabung ke dalam suatu organisasi adalah sistem imbalan yang dibentuk dan diterapkan oleh organisasi tersebut.
·         Hukuman
Hukuman adalah suatu konsekuensi yang tidak menyenangkan terhadap suatu respons perilaku tertentu dengan tujuan untuk memperlemah perilaku tersebut dan mengurangi frekuensi perilaku yang berikutnya.
Ada tiga fungsi penting dari hukuman yang berperan besar bagi pembentukan tingkah laku yang diharapkan:
  • Membatasi perilaku. Hukuman menghalangi terjadinya pengulangan tingkah laku yang tidak diharapkan.
  • Bersifat mendidik.
  • Memperkuat motivasi untuk menghindarkan diri dari tingkah laku yang tidak diharapkan.
Tujuan dari hukuman, alasan menentang penggunaan hukuman: pertama, tujuan hukuman diasumsikan untuk mengurangi terjadinya perillaku yang mejai sebab dihukum. Tetapi kalau cukup keras dan diterapkan melebihi rentang waktu tertentu, hal ini juga menekan timbulnya prilaku yang diinginkan. Kedua, beberapa mengansumsikan bahwa penggunaan hukuman akan menghasilkan akibat lain yang tidak diinginkan (seperti: kekawatiran, agresifitas,). Mereka yang dihukum mungkin mencoba lari atau menghindar (seperti membols keluar) atau menunjukkan sikap permusuhan seperti sabotase terhdap manajemen. Ketiga akibat hukuman yang hanya bersifat sementara seksli ancaman hukuman hlang respon yang tidak diinginkan akan kembali muncul. Jadi ancaman hukuman harus selalu ada atau digunakan. Hukuman  bias memberikan hasilnya hal ini dapat menghasilkan penguat yang positif bagi manajer untuk melanjutkan penggunaannya. Keempat, mealui pengamatan hukuman dapat menghasilakn respon negative dari rekan kerja dari orang yang dihukum.
Beberapa kondisi penyampaian hukuman dapat membuat penggunanya menjadi memungkinkan dan lebih efektif.
* Waktu
Waktu untuk menyampaikan hukuman penelitian menyarankan bahwa evektifitas hukuman meningkat bila kondisi menekan diberikan seegera sesudah respons yang harus dihukum.
      *Intensitas
Hukuman mencapai efektifitas terbesar bila stimulus yang menentang relative intens. Implikasi ondisi ini akan menjadi efektif, hukuman harus mendapat perhatian segera dari orang yang dihukum.
      * Jadwal
Akibat hukuman tergantung dari jadual penghukuman. Hukuman bias disampaikan setelah setiap respon yang jelek atau sesudah sejumlah respon jelek terjadi.
       * Klarifikasi
Kesadaran memainkan peran yang penting dalam penyampaian hukuman. Memberikan alasan yang jelas tidak mendua dan memperhatikan konsekuensi masa datang bila respons berulang akan efektif. Penekanan pada orang dengan respons spesifik merupakan tanggung jawab bagi tindakan manajer terutama menginformasikan pada orang bersangkutan apa yang secara tepat tidak perlu dilakukan.
·         Disiplin Preventif
Disiplin preventif adalah disiplin yang ditujukan untuk mendorong
pegawai agar berdisplin diri dengan mentaati dan mengikuti berbagai standar dan peraturan yang telah ditetapkan.  Menurut T. Hani Handoko  Disiplin preventif adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standard an aturan sehingga penyelewengan- penyelewengan dapat dicegah.
·         Disiplin Korektif
Disiplin korektif merupakan disiplin yang dimaksudkan untuk menangani pelanggaran terhadap aturan-aturan yang berlaku dan memperbaikinya untuk masa yang akan datang. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Prabu Mangkunegara bahwa Disiplin korektif adalah suatu upaya untuk menggerakan pegawai dalam menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku dalam perusahaan.
Gilbert W. Fairholm mendefinisikan kekuasaan sebagai “... kemampuan individu untuk mencapai tujuannya saat berhubungan dengan orang lain, bahkan ketika dihadapkan pada penolakan mereka.” Fairholm lalu merinci sejumlah gagasan penting dalam penggunaan kekuasaan secara sistematik dengan menakankan bahwa kapasitas personal-lah yang membuat pengguna kekuasaan bisa melakukan persaingan dengan orang lain. 
10.  KEKUASAAN DAN POLITIK
·         Definisi Kekuasaan
Kekuasaan (power) adalah kemampuan yang dimiliki seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi individu lain ataupun kelompok lain. Kekuasaan yang dimiliki seseorang akan menempatkan orang tersebut dalam suatu kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain yang dipengaruhinya
·         Sumber Kekuasaan
Sumber kekuasaan biasanya dibagi menjadi dua kelompok besar (Robbins dan Judge,2007), yaitu:
1. Sumber kekuasaan antar individu (interpersonal sources of power).
a) Kekuasaan Formal (Formal Power) adalah kekuasaan yang didasarkan pada posisi individual dalam suatu organisasi. Kekuasaan ini dapat berasal dari:
i) Kemampuan untuk memaksa (coercive power),
ii) Kemampuan untuk memberi imbalan (reward power)
iii) Kekuatan formal (legitimate power).
b) Kekuasaan Personal (Personal Power) adalah kekuasaan yang berasal dari karakteristik unik yang dimiliki seorang individu. Kekuasaan ini dapat berasal dari:
i) Kekuasaan karena dianggap ahli (Expert Power)
ii) Kekuasaan karena dijadikan contoh (Referent Power)
2. Sumber kekuasaan struktural (structural sources of power). Kekuasaan ini juga dikenal dengan istilah inter-group atau inter-departmental power yang merupakan sumber kekuasaan kelompok.
Sumber Kekuasaan Antar Individu
Pada paragrap berikut, penulis akan membahas pengertian masing-masing kekuasaan yang telah disebutkan (Hughes et all, 2009):
        Kekuasaan Memaksa (Coercive Power).
Kekuasaan ini timbul pada diri seseorang karena ia memiliki kemampuan untuk memberikan hukuman (akibat negatif) atau meniadakan kejadian yang positif terhadap orang lain.
        Kekuasaan Memberi Imbalan (Reward Power).
Kekuasaan ini timbul pada diri seseorang karena ia memiliki kemampuan untuk mengendalikan sumber-daya yang dapat mempengaruhi orang lain, misalnya ia dapat menaikkan jabatan, memberikan bonus, menaikkan gaji, atau hal-hal positif lainnya.
        Kekuasaan Resmi (Legitimate Power).
Kekuasaan ini timbul pada diri seseorang karena ia memiliki posisi sebaga pejabat pada struktur organisasi formal. Orang ini memiliki kekuasaan resmi untuk mengendalikan dan menggunakan sumber-daya yang ada dalam organisasi. Kekuasaannya meliputi kekuatan untuk memaksa dan memberi imbalan Anggota organisasi biasanya akan mendengarkan dan melaksanakan apa yang dikatakan oleh pemimpinnya, karena ia memiliki kekuasaan formal dalam organisasi yang dipimpinnya.
        Kekuasaan karena Ahli (Expert Power).
Kekuasaan ini timbul pada diri seseorang karena ia memiliki keahlian, ketrampilan atau pengetahuan khusus dalam bidangnya. Misalnya seorang ahli computer yang bekerja pada sebuah perusahaan, atau seorang karyawan yang memiliki kemampuan menggunakan 2 atau 3 bahasa internasional, akan memiliki expert power karena sangat dibutuhkan oleh perusahaannya.
        Kekuasaan karena pantas dijadikan contoh (Referent Power).
Kekuasaan ini timbul pada diri seseorang karena ia memiliki sumber-daya, kepribadian yang menarik, atau karisma tertentu.
·         Definisi Politik
Politik (dari bahasa Yunani: politikos, yang berartidari, untuk, atau yang berkaitandenganwarganegara), adalahprosespembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatankeputusan, khususnya dalam negara.[1] Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikatpolitik yang dikenal dalam ilmu politik.
Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun non konstitusional.
Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:
  • politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles)
  • politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara
  • politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat
  • politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.
Dalam konteks memahami politik perlu dipahami beberapa kunci, antara lain: kekuasaan politik, legitimasi, sistem politik, perilaku politik, partisipasi politik, proses politik,  dan juga tidak kalah pentingnya untuk mengetahui seluk beluk tentang partai politik.
·         Perilaku Politik
Perilaku politik atau (Inggris:Politic Behaviour)adalah perilaku yang dilakukan oleh insan/individu atau kelompok guna memenuhi hak dan kewajibannya sebagai insan politik.Seorang individu/kelompok diwajibkan oleh negara untuk melakukan hak dan kewajibannya guna melakukan perilaku politik adapun yang dimaksud dengan perilaku politik contohnya adalah:
  • Melakukan pemilihan untuk memilih wakil rakyat / pemimpin
  • Mengikuti dan berhak menjadi insan politik yang mengikuti suatu partai politik atau parpol , mengikuti ormas atau organisasi masyarakat atau lsm lembaga swadaya masyarakat
  • Ikut serta dalam pesta politik
  • Ikut mengkritik atau menurunkan para pelaku politik yang berotoritas
  • Berhak untuk menjadi pimpinan politik
  • Berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai insan politik guna melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik oleh undang-undang dasar dan perundangan hukum yang berlaku
Dalam mendefinisikan pembangunan politik, kita melihat tiga unsur secara sederhana ditemukan menurut Pye, yang pertama adalah menghubungkan pembangunan politik terhadap pembangunan sosial ekonomi. Dalam hal ini, pembangunan sosial ekonomi mempunyai kaitan yang erat dengan politik. Yang kedua, adalah kaitan antara pembangunan politik dengan organisasi dan struktur politik. Dalam hal ini kita melihat secara jelas bahwa organisasi politik dalam hal ini adalah pemerintah atau yang berkuasa mempunyai keterlibatan yang sangat erat dengan pembangunan politik yang mengacu atau mengarah kepada pembangunan bangsa dan negara, mulai dari birokrasi, pelayanan publik, sampai kepada struktur administratif. Dan yang ketiga adalah pembangunan politik yang dikaitkan dengan nilai-nilai dari politik. Maksudnya disini adalah bahwa pembangunan politik dilihat dari unsur-unsur, hakikat-hakikat, atau nilai-nilai dari politik itu sendiri. Seperti contoh pembangunan politik melalaui demokrasi, melalui pengerahan massa, melalui kekuasaan, dll.
Dari ketiga dasar definisi pembangunan politik diatas, saya berkesimpulan bahwa pembangunan politik adalah sebuah upaya meningkatkan nilai-nilai positif pada sebuah negara dalam berbagai aspek politik. Baik itu melalui sudut pandang sosial ekonomi yang menitik beratkan pembangunan politik yang merata, dalam hal ini ekonomi dan sosial melihat adanya kesejahteraan pada rakyat dan juga pemerintah.
11.  KONFLIK DAN NEGOSIASI
·         Definisi Konflik
     defines Konflik adalah adanya pertentangan yang timbul di dalam seseorang (masalah intern) maupun dengan orang lain (masalah ekstern) yang ada di sekitarnya. Konflik dapat berupad perselisihan (disagreement), adanya keteganyan (the presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antar kedua belah pihak, sampai kepada mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai pengahalang dan pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.          

     Substantive conflicts merupakan perselisihan yang berkaitan dengan tujuan kelompok,pengalokasian sumber dalam suatu organisasi, distrubusi kebijaksanaan serta prosedur serta pembagaian jabatan pekerjaan.        

    Emotional conflicts terjadi akibat adanya perasaan marah, tidak percaya, tidak simpatik, takut dan penolakan, serta adanya pertantangan antar pribadi (personality clashes).
Dalam sebuah organisasi, pekerjaan individual maupun sekelompok pekerja saling berkait dengan pekerjaan pihak-pihak lain. Ketika suatu konflik muncul di dalam sebuah organisasi, penyebabnya selalu diidentifikasikan dengan komunikasi yang tidak efektif yang menjadi kambing hitam.          

Berikut ini beberapa kriteria yang mungkin sangat berguna jika seorang wirausahawan ingin mengevaluasi pemecahan masalah yang diusulkan.
  1. Apakah pemecahan masalah itu dapat diterapkan dengan baik?
  2. Apakah pemecahan itu sudah logis?
  3. Apakah persoalan-persoalan tambahan yang timbul dapat diselesaikan dengan baik?
     Permasalahan yang dihadapi oleh oleh para wirausahawan hendaknya aktual dan menarik serta mengandung beberapa kemungkinan tindakan, di antara beberapa alternatif pemecahan masalah, salah satunya cara penerapan Teori Dewey tentang berpikir positif, bahwa seorang wirausahawan hendaknya:
  1. tidak merasa bimbang, bingung, dan kesulitan;
  2. merumuskan masalah yang ingin dipecahkan untuk mengatasi kebimbangan tersebut;
  3. menguji hipotesis dengan mengumpulkan data faktual sebagai usaha menemukan cara pemecahan masalah;
  4. mengembangkan ide untuk memperoleh pemecahan terbaik;
  5. mengambil kesimpulan yang didukung oleh fakta yang valid.
·         Pendekatan
Perbedaan antara pendekatan kardinal dan ordinal adalah:
Dilihat dari pengertian:
Pendekatan Ordinal:
Pendekatan ini menyebutkan bahwa tingkat kepuasan konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang tidak dapat diukur dengan satu satuan tetapi hanya bisa dibandingkan (tidak dapat dikuantitatifkan). Dalam pendekatan ordinal, cara membandingkan kepuasan konsumen dengan menggunakan konsep Pendekatan Kurva Indeferen / IC.
Sedangkan Pendekatan Kardinal adalah daya guna dapat diukur dengan satuan uang atau utilitas, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna tergantung kepada subyek yang menilai.
  • ·        Dilihat dari asumsi/landasan dasarnya:
1. Pendekatan kardinal , asumsi(landasan) dasarnya:
a)      Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur.
b)      Makin banyak barang dikonsumsi makin besar kepuasan.
c)      Terjadi hukum The law of deminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasan setiap satu satuan. Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan konsumsi semakin kecil. ( Mula – mula kepuasan akan naik sampai dengan titik tertentu atau tambahan kepuasan akan semakin turun ). Hukum ini menyebabkan terjadinya Downward sloping Marginal Utility curva (bentuk kurva miring kebawah). Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal dengan hukum Gossen.
d)     Tambahan kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 unit barang bisa dihargai dengan uang, sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan konsumen redah maka dia hanya akan mau membayar dengan harga murah.
 Pendekatan kardinal biasa disebut sebagai Daya guna marginal.
Asumsi seorang konsumen :
Konsumen harus rasional yaitu menginginkan kepuasan maksimal.
Konsumen punya preferensi jelas akan barang dan jasa
Terdapat kendala anggaran

2. Pendekatan Ordinal
 Mendasarkan pada asumsi bahwa kepuasan tidak bisa dikuantitatifkan dan antara satu konsumen dengan konsumen yang lain akan mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda dalam mengkonsumsi barang dalam jumlah dan jenis yang sama. Oleh karena itu kemudian muncul pendekatan ordinary yang menunjukkan tingkat kepuasan mengkonsumsi barang dalam model kurva indifferent. Pendekatan ordinal berdasarkan pembandingan sesuatu barang dengan barang yang lain, lalu memberikan urutan dari hasil pembandingan tersebut. Contoh penggunaan metode ordinal antara lain dalam suatu lomba atau kejuaraan, pengukuran indeks prestasi dan pengukuran yang sifatnya kualitatatif misalnya bagus, sangat bagus, paling bagus.
Dalam teori perilaku konsumen dengan pendekatan ordinal asumsi dasar seorang konsumen adalah :

---Konsumen rasional, mempunyai skala preferensi dan mampu merangking kebutuhan yang dimilikinya.
---Kepuasan konsumen dapat diurutkan, ordering.
---Konsumen lebih menyukai yang lebih banyak dibandingkan lebih sedikit, artinya semakin banyak barang yang dikonsumsi menunjukkan semakin tingginya tingkat kepuasan yang dimilikinya.

Pendekatan ordinal membutuhkan tolok ukur pembanding yang disebut dengan indeferent kurve. Kurva Indeferent adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara dua jenis barang di mana konsumen mendapatkan kepuasan yang sama (indiferen) pada tiap-tiap titik kombinasi kuantitas (Q) kedua jenis tersebut. Kurva indiferen mengasumsikan bahwa banyak lebih disukai daripada sedikit. Kurva ini akan cembung dari biasanya.
·         Kerugian Dan Manfaat Konflik
Keuntungan Konflik Dalam tulisan ini saya akan memaparkan mengenai keuntungan konflik, mungkin dari kalian menggangap bahwa mana ada konflik yang mendapatkan keuntungan bahkan mungkin ada yang berangapan bahwa konfilik itu tidak ada untungnya dan lebih banyak yang merugikan. Memang benar konflik itu tidak ada yang menguntungkan bahkan banyak yang merugikannya daripada keuntungan yang didapatkan.Namun jangan salah dulu bahwa konflik itu juga menguntungkan bagi pihak yang berkonflik. Pengertian konflik Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.Dari Pengertian diatas sudah jelas kerugian yang di akibatkan oleh konflik itu sendiri.Dari pada bertele-tele dalam tulisan ini, saya langsung saja mengungkapkan keuntungan konflik itu sendiri: Memperkuat Ikatan In-groupdengan adanya konflik antara satu kelompok dengan kelompok yang lainnya, justru akan mendapatkan hal yang positif dalam kelompok tersebut.Dengan konflik atau perseteruan dengan kelompok lain justru akan menyatukan orang-orang yang ada dalam kelompok tersebut yang dulunya dalam kelompok tersebut mengalami perpecahan, namun dengan adanya konflik dan menjaga identitas in-grup tersebut maka mereka akan bersatu, saya ambil contoh agama, suku, dan negara.Identitas Struktur In-grupnyaDengan adanya konflik dalam hal ini konflik dalam tubuh grup tersebut akan merubah struktur organisasi grup tersebut dan berusaha untuk memperbaiki struktur grup tersebut agar sesuai dengan hal-hal yang di inginkan, dan dalam hal ini grup juga akan menyatakan identitas grupnya dalam hal pemecahan permasalahan yang ada dalam grup tersebut. Mengalami Perubahan dalam In-grupDengan adanya konfilk antara orang-orang dalam grup tersebut maupun dengan orang yang di luar grup (out-grup) tersebut, justru akan memberikan perubahan dalam grub itu baik itu sistem, cara pandang grupnya maupun hal-hal yang lainnya untuk perkembangan dan kemajuan grupnya (harapan). Saya ambil contoh konflik dalam suatu negara biasanya konflik ini terjadi karena sebagian besar rakyatnya maupun golongan orang-orang yang ada dalam negara tersebut tidak puas dengan situasi yang ada dalam negara tersebut, sehingga membuat mereka melakukan gerakan-gerakan yang berdampak terjadinya kerusuhan menuntuk perubahan dalam negara tersebut. Terkadang hal ini bisa berhasil tapi tidak menuntut kemungkinan juga bisa gagal, coba kalian tengok kembali sejarah. Katup Penyelamat (Safety-valve)Maksudnya adalah terkadang konflik yang terjadi akan menjadi penyelamat bagi organisasi, negara, suku, agama maupun kelompok lainnya untuk berubah kearah yang diharapkan, dan jika hal tersebut juga telah melenceng dari tujuan utama maka cara yang ditempuh untuk memperbaikinya dengan cara konflik.
·         Pengendalian Konflik
Konflik tidak akan terjadi apabila masyarakat dapat dikendalikan dengan baik, sehingga kerugian akibat dari konflik dapat ditekan sedemikian rupa.
a. Konsiliasi
            Merupakan bentuk pengendalian konflik sosial yang utama. Pengendalian ini terwujud melalui lembaga tertentu yang memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan pengambilan keputusan. Pada umumnya, bentuk konsiliasi terjadi pada masyarakat politik. Lembaga parlementer yang di dalamnya terdapat berbagai kelompok kepentingan akan menimbulkan pertentangan-pertentangan. Untuk menyelesaikan permasalahan ini, biasanya lembaga ini melakukan pertemuan untuk jalan damai.
b. Mediasi
Merupakan pengendalian konflik yang dilakukan dengan cara membuat konsensus di antara dua pihak yang bertikai untuk mencari pihak ketiga yang berkedudukan netral sebagai mediator dalam penyelesaian konflik. Pengendalian ini sangat berjalan efektif dan mampu menjadi pengendalian konflik yang selalu digunakan oleh masyarakat. Misalnya pada konflik berbau sara di Poso, dimana pemerintah menjadi mediator menyelesaikan konflik tersebut tanpa memihak satu sama lainnya.
c. Arbitrasi
Merupakan pengendalian konflik yang dilakukan dengan cara kedua belah pihak yang bertentangan bersepakat untuk menerima atau terpaksa hadirnya pihak ketiga yang memberikan keputusan untuk menyelesaikan konflik. Ketiga jenis pengendalian konflik ini memiliki daya kemampuan untuk mengurangi atau menghindari kemungkinan terjadinya ledakan sosial dalam masyarakat.
·         Negosiasi
Negosiasi adalah proses tawar-menawar dengan cara perundingan  untuk memberi atau menerima, guna mencapai kesepakatan bersama tentang suatu hal yang mrnjadi kepenting bagi masing-masing pihak, baik perorangan maupun kelompok atau organisasai.
       Bagi penjual negosiasi adalah salah satu kegiatan komunikasi bisnis selain kegiatan promosi yang sangat menunjang  keberhasilannya. Untukn dapat menyelesaikan negosiasi dengan baik dibutuhkan sifat-sifat yang menunjang yang harus dimiliki oleh seorang negosiastor, yaitu:       
1. Pantang menyerah  
2. Berpengaruh dan beribawa
3. Memiliki tujuan yang pasti dalam bernegosiasi     
4. Peka terhadap lingkungan dan berdaya konsentrasi tinggi
5. Banyak medengar, perhatian dengan pembicara dan informasi dari pihak lawan 
6. Ulet, pandai, dan memiliki ambisi yang besar untuk memenangkn negosiasi                   
7. Bersifat ekonomis, selalu mencari konsesi yang tidak mahal untuk ditukar dengan hal lain yang lebih berharga.           
Adapun ciri-ciri proses komunikasi dalam negosiasi sebagai berikut:
1. Melibatkan dua pihak, yaitu penjual dan pembeli 
2. Adanya kesamaan tema masalah yang dinegosiasikan      
3. Adanya kerjasama dari kedua belah pihak tersebut           
4. Bertujuan untuk mengkongkretkan masalah ynag masih abstrak  
Agar unggul dalam bernegosiasi, seorang penjua perlu mengadakan persiapan dini sbelum bernegosiasi, yaitu:           
1. Mempelajari dengan baik permasalahan yang terjadi                    
2. Mengenal peraturan yang berlaku dalam bernegosiasi dengan baik
3. Beranggapan bahwa perjanjian dapat diselesaikan  dalam satu atau dua kali pertemuan
12.  Stress dan Konseling
Stres adalah suatu kondisi anda yang dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat. Stres adalah suatu gejala fisik yang dialami oleh setiap manusia di dunia. Bisa dialami oleh anak-anak, orang tua, laki-laki, dan perempuan.
Stres bisa berdampak positif, tetapi bisa juga berdampak negatif. Stres dapat berdampak positif ketika stres menjadi suatu pembangkit motivasi kita untuk melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan yang berpengaruh negatif adalah ketika stres menjadikan kita tidak percaya diri, marah-marah, sehingga terkadang, stres  membuat kita sakit kepala.

B.     Tingkatan Stres pada setiap Periode Kehidupan
Stres pada bayi
Meskipun bayi masih belum bisa bicara, tetapi bayi pun bisa mengalami stres yang bisa diakibatkan oleh pengaruh lingkungan yang tidak sesuai dengan bayi.
Stres pada usia anak-anak
Stres yang dialami anak-anak bisa bersumber dari keluarga, teman bermain dan lingkungan sekolah.
Stres pada Remaja
Masa remaja adalah masa untuk pencarian jati diri seseorang, sehingga mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya. Remaja umumnya ingin bebas, tidak ada yang mengatur. Tetapi disisi lain, orang tua menekan remaja untuk tidak bisa bebas. Maka banyak remaja yang melawan, berbohong, dll.
Stres pada Orang Dewasa
Orang dewasa sering mengalami stres akibat masalah keluarga, pekerjaan, anak-anak,  perselingkuhan suami istri, dll.

C.     Sumber stres pada Guru
Orang yang sedang stres sering ditandai dengan sakit kepala, darah tinggi, jantung berdebar-debar, gelisah, pesimis, malas, dll.
Stres dapat diklasifikasikan  sebagai berikut :
Stressor Fisik-Biologik,  stres jenis ini diakibatkan oleh keadaan fisik/tubuh tidak sesuai dengan keinginan seseorang. Misalnya cacat tubuh, atau postur tubuh yang tidak proporsional.
Stressor Psikologik, adalah stres yang diakibatkan oleh kekecawaan seseorang terhadap suatu yang diharapkan. Misalnya gagal dalam ujian, iri hati.
Stressor sosial, adalah stres karena tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Pengertian Konseling
Istilah konseling (counselin) diartikan sebagai penyuluhan. Istilah penyuluhan dalam kegiatan bimbingan menurut ahli kurang tepat. Menurut mereka yang lebih tepat adalah konseling karena kegiatan konseling ini sifatnya lebih khusus,tidak sama dengan kegiatan – kegiatan penyuluhan lain seperrti penyuluhan dalam  bidang pertanian dan penyuluhan dalam keluarga berencana.

(Winkel,1978) Pelayanan Konseling menuntut kealihan khusus, sehingga tidak semua orang yang dapat memberikan bimbingan mampu memberikan jenis layanan konseling ini.

Menurut Prayitno dan Erman Amti(2004) konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh individu tersebut.

Menurut James P.Adam yang dikutip oleh Depdikbud (1976: 19a)
Konseling adalah suatu pertalian Timbal balik anntara dua orang individu di mana yang seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia dapat lebih baik memahami dirinya daslam hubungan dengan masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang.
pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian konseling merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh konselor yang dilakukan secara khusus dengan cara tatap muka dengan konseli guna mengatasi masalah yang dihadapi konseli.
Berdasarakan pendapat – pendapat tersebut dapatlah dikatakan bahwa kegiatan koseling itu mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :
Pada umumnya dilaksanakan secara perorangan
Dilakukan dalam suatu perjumpaan tatap muka
Untuk melaksanakan konseling dibutuhkan orang yang ahli (konselor)
Individu yang menerima layanan (klien) akhinya mampu memecahkan masalahnya dengan kemampuan sendiri.
·         Stress Karyawan

StrespadaKaryawan


Stres pada pekerja ditimbulkan karena padatnya pekerjaan mereka dikantor. Menurut hasil survei, pekerja di Amerika Serikat mengalami stres saat bekerja.
Banyak sekali faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya stres pada karyawan. Diantaranya adalah faktor gaji yang rendah, faktor rekan kerja yang menjengkelkan , faktor beban kerja yang tinggi, faktor jarak tempuh ke kantor, hingga faktor tempat kerja yang tidak sesuai dengan yang diinginkan.
Berdasarkan faktor diatas, gaji merupakan pemicu stres yang paling tinggi terutama bagi perempuan. Gaji yang dirasa tidak sesuai dengan beban pekerjaan memicu timbulnya stres dan berakibat terhadapnya rasa ketidakpedulian akan kehilangan pekerjaan.
Pemimpin perusahaan ternyata juga memiliki andil besar terhadap kenyamanan pekerja. Suasana tempat bekerja yang tidak kondusif juga menjadi salah satu pemicu stres. Maka dari itu, hendaknya pemimpin perusahaan mengetahui hal apa saja yang dapat membuat pekerja menjadi nyaman dalam bekerja, karena pekerja yang stres akan berakibat terhadap penurunan kinerja pada suatu perusahaan.
·         Konseling Karyawan
a.         Penempatan Kerja
Pelayanan penempatan memberikan bantuan bagi para pencari kerja dengan menyediakan berbagai informasi tentang pekerjaan, analisis pekerjaan, serta aspek kognitif, afektif dan psikomotorik penempatan kerja lainnya. Dari pihak lembaga kerja, peranan konselor adalah membantu perusahaan memperolah tenaga kerja yang cocok dengan keperluan dengan keperluan perusahaan sesuai dengan jenis, strata, dan struktur pekerjaan yang ada di perusahaan itu. Dipandang dari pihak pencari kerja dan pengusaha, konselor berusaha membangun suasana the right man on the right place, menempatkan pekerja secara tepat sesuai dengan kondisi pribadinya, bakat, minat, serta bidang keahliannya. Layanan penempatan seperti ini juga berlaku bagi para pekerja yang menempati posisi baru dalam struktur atau penjajagan yang ada.
b.         Penyesuaian Kerja
Kepada para pekerja pemula konselor memberikan layanan orientasi. Para pemula itu perlu mendapat persepsi yang tepat, wawasan yang memadai dan cara-cara yang akurat tentang bidang kerja yang baru dijabat itu. Tema utama bidang pelayanan ini adalah Penyesuaian diri secara tepat dan cepat terhadap tuntutan kinerja di tempat yang baru. Penyesuaian yang seperti ini akan memberikan jaminan awal tentang keberhasilan kerja para pemula itu. 
c.         Kepuasan Kerja
Keadaan yang diharapkan adalah para pekerja merasa senang bekerja, merasa kerasan dan puas dengan kondisi yang ada. Kondisi ini akan mengantarkan para pekerja itu bertugas lebih lanjut dengan semangat yang cukup tinggi bahkan semakin tinggi. Keadaan ketidak puasan yang menimpa para pekerja dan pemula, perlu diberikan bantuan layanan konseling untuk mengembalikan semangat kerja dan sikap positif terhadap pekerjaan mereka itu.
d.        Kepindahan Kerja
Kepindahan para pekerja tidak hanya di latar belakangi oleh faktor ketidak puasan dengan pekerjaan yang lama, ada kemungkinan mereka ingin pindah karena ingin memperolah pengalaman baru atau alasan-alasan lainnya. Apapun alasannya, proses pemindahan kerja itu sering kali memerlukan bantuan konseling baik untuk penempatan maupun penyesuaian.  
e.       Pengentasan Masalah Lainnya
Masalah-masalah pribadi berkenaan denga keluarga, kesehatan, sikap, dan kebiasaan sehari-hari, hoby dan waktu senggang, hubungan sosial kemasyarakatan, dan lain sebagainya merupakan obyek penggarapan konseling. Apabila masalah-masalah ini dibiarkan membesar, sedikt banyaknya akan mempengaruhi hubungan kerja dan kinerja pekerja yang bersangkutan dengan perusahaannya. Sebaliknya apabila masalah-masalah pribadi tersebut dapat ditangani dengan baik, dampak positifnya terhadap hubungan kerja dan kinerja pekerja yang dimaksud akan dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan.
·         Tipe – Tipe Konseling
a.         Directive Counseling  (Conselor Centered)
Konselor memutuskan apa yang harus dilakukan, memberitahu dan memotivasi untuk melakukan hal-hal tertentu (terpusat pada konselor, dia yang lebih aktif dan otoriter).
b.      Non Directive Counseling  (Councelee Centered)
Konselee dapat membuat keputusan, pemecahan dari konselee, konselor menumbuhkan insight, dapat lebih mendewasakan konselee.
c.         Participative Counseling
Kedua belah pihak berpartisipasi saling mengembangkan pemecahan masalahnya. Ada kerjasama yang kooperatif (diskusi bersama).






BAB III
KESIMPULAN
Setelah memahami benar hakikat kepemimpinan, maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan tidak mungkin berlangsung tanpa ada upaya memotivasi bawahan/orang lain. Dalam artian pihak lain/bawahan dapat patuh mengikuti apa kata sang pemimpin, hanya jika sang pemimpin mampu mendorong atau memotivasi mereka sehingga mereka (bawahan/rekan) dapat terdorong untuk melakukan suatu tindakan yang terarah pada tujuan bersama. Mengingat para bawahan atau rekan kerja yang dimotivasi memiliki beragam kepribadian dengan beragam motivasi, maka rangkaian kata berikut ini layak disimak dalam rangka menjadi pemimpin yang mampu memotivasi bawahan untuk mencapai tujuan unit kerja dan organisasi.























DAFTAR PUSTAKA