(Studi Kasus Studi Kasus Pengaruh Gaya Hidup sehari-hari
dalam Pengambilan Keputusan Pembelian Sarung)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sarung merupakan salah satu pakaian bangsa Indonesia yang
masih eksis hingga kini. Atribut produk segala jenis busana pada umumnya
berhubungan dengan budaya dan adat istiadat komunitas pemakainya. Demikian pula
dengan sarung, atributnya sangat dipengaruhi oleh budaya masyarakat Indonesia.
Di manca negara, sarung juga banyak digunakan di
negara-negara Asia, seperti Malaysia, Brunei, Kamboja, India dan Pakistan,
serta telah di perkenalkan kepada orang-orang di belahan Timur Tengah, sehingga
industri sarung lebih menarik untuk dikelola dan diekspor. Sarung juga memiliki
daya tarik tersendiri untuk dikembangkan, karena potensi bangsa Indonesia
sebagai produsen dan konsumen sehingga dapat ikut mengembangkan perekonomian
bangsa serta sarung bisa merupakan salah satu komoditas ekspor.
Secara umum, pengguna sarung dapat dibedakan menjadi tiga
kategori sebagai berikut:
1) Pengguna yang menggunakan sarung sebagai pakaian
sehari-hari, baik pada acara resmi ataupun pada kondisi santai,
2) Pengguna sarung yang menggunakan sarung hanya sebagai
pakaian santai saja,
3) Pengguna sarung untuk pakaian insidentil.
Untuk memperoleh gambaran yang representative dari konsumen
sarung, maka penelitian akan difokuskan untuk meneliti bagi pengguna sarung
kategori pertama dan kedua saja.
1.2 Perumusan Masalah
Sebelum memutuskan untuk membeli konsumen menilai
faktor-faktor atribut produk sarung yang layak dibeli. Jika faktor-faktor
tersebut diketahui secara tepat maka produsen dapat membuat produk sarung
sesuai dengan kebutuhan konsumennya. Yang menjadi permasalahan adalah seberapa
besar tingkat kepentingan faktor-faktor yang menimbulkan kecenderungan minat
beli konsumen.
Tiap-tiap faktor terdiri dari beberapa variabel yang dapat
dieksplor untuk mengetahui persepsi konsumen dalam memilih produknya.
1.3 Landasan Teori
Model perilaku pelanggan (Model of customer behavior)
Budaya memegang pengaruh yang sangat kuat bagi konsumen
sarung dalam memilih produknya Pada gambar Model of Buyer Behavior menjelaskan
proses terjadinya pengambilan keputusan oleh pelanggan untuk membeli
dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar angsangan marketing.
Rangsangan lain-lain:
1) Ekonomi : Daya beli yang tersedia dalam suatu perekonomian
bergantung pada pendapatan, yang tingkat dan distribusinya berbeda-beda.
2) Teknologi : yang paling kuat dalam membentuk hidup manusia
dan dapat memberikan dampak positip dan negatif, termasuk dalam proses
pemasaran .
3) Politik dan hukum dapat mempengaruhi kondisi dan
stabilitas masyarakat yang mempunyai dampak terhadap rangsangan keputusan
pembelian.
4) Budaya : Keyakinan, nilai-nilai dan norma dibentuk oleh
masyarakat dimana mereka dibesarkan yang dapat bergeser mengikuti model atau
trend baru.
Rangsangan-rangsangan tadi kemudian membentuk buyer
characteristic, yaitu cultural (kebudayaan), social (sosial), personal
(pribadi) dan psychology (psikologi) yang erupakan karakteristik pembeli, yang
dapat mendorong konsumen untuk melakukan proses pengambilan keputusan membeli
barang sehingga konsumen mendapatkan manfaat.dari pemilihan produk yang dibeli.
Budaya merupakan unsur yang sangat penting, yang mempengaruhi
keinginan (wants) dan perilaku (behavior) seseorang.
Karakteristik pembeli (Buyer’s characteristic)
Selain faktor budaya dan sub budaya, kelas sosial juga
memiliki pengaruh penting pada perilaku konsumen, yang biasanya merupakan strata
sosial. Kelas sosial mencerminkan penghasilannya, yang sekaligus sebagai
indikator pekerjaan, pendidikan dan tempat tinggal. Tiap-tiap kelas sosial
memiliki ciri yang berbeda-beda, termasuk ciri dalam memilih busana/sarung,
preferensi produk dan merek.
Keputusan membeli dipengaruhi pula oleh karakteristik
pribadi, yaitu usia, dan tahap hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup
serta kepribadian dan konsep diri pembeli Selera terhadap konsumsi
barang-barang jasa yang dibeli berhubungan dengan usia seseorang.
Stanford Research Institute, yang membuat definisi daripada
segmen yang berbeda-beda. Dikemukakannya ada 8 group segmen dengan definisi
masing-masing group sebagai berikut : Actualizers, Fulfilleds, Believers,
Achievers, Strivers, Experiencers, Makers and Strugglers.(Assel,1996:326)
Group Believers adalah kelompok yang mempunyai orientasi
prinsip yang kurang dalam memiliki harta kekayaan. Orientasi mereka lebih
tradisional dibandingkan dengan kelompok fulfilleds. Kehidupan mereka terpusat
pada keluarga, gereja (rumah ibadat/masjid), komunitas dan bangsa. Mereka
menghargai aturan dan percaya pada otoritas figure.
Gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang diekspresikan
dalam aktivitas, minat dan opininya, yang menggambarkan “keseluruhan diri seseorang”
yang berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup seorang pegawai negeri
umumnya adalah mencari status dirinya dalam lingkungan birokrasi, sedangkan
gaya hidup seorang kyai adalah menggambarkan seorang yang moralis.
Proses keputusan pembelian (Buyer’s decision process)
ui1
Sumber : Kotler, 2000, 179
Gambar 2. Five Stage of the Consumer Buying Process
Kecenderungan seseorang untuk memilih pakaian dipengaruhi
oleh budaya mereka,bahkan oleh sub budayanya, seperti agama, ras, daerah
geografis yang kemudian melahirkan norma-norma sosial. Sarung sebagai salah
satu pakaian bangsa Indonesia tidak terlepasdari latar belakang budaya bangsa
Indonesia dalam berbusana. Kelas sosial akan mempengaruhi seseorang dalam
tatanan dan cara berpakaian, menentukan ragam yang dipersepsikan layak dan
tidak layak digunakan sehingga menciptakan nilai-nilai yang merupakan variabel
pakaian yang layak untuk dipilih.
Variabel-variabel tersebut kemudian dikelompokkan menjadi
beberapa faktor yang cenderungan dipertimbangkan oleh konsumen sarung dalam
memilih produknya. Faktor-faktor tersebut akan dianalisa dalam penelitian
sehingga diketahui seberapa besar masing-masing faktor dapat menimbulkan
kecenderungan minat beli konsumen sarung.
Secara sederhana kerangka konsep yang diuraikan diatas dapat
digambarkan dalam skema / bagan berikut ini :
ui
Gambar 3. Kerangka Konsep Minat Beli Konsumen Sarung
Harga merupakan faktor yang sensititif sekali, lebih-lebih
bagi segment believers yang lebih mempertimbangkan faktor harga dibandingkan
dengan faktor kualitas. Faktor acuan, terutama terhadap mereka yang menjadi
panutan seperti kyai, ulama, patriot, merupakan faktor yang dipertimbangkan.
Masalah ketersediaan barang diduga dipertimbangkan namun tidak signifikan
karena pakaian/sarung bukan merupakan kebutuhan sehari-hari.
Berdasarkan uraian tersebut diatas dan tinjauan teori yang
sudah dipaparkan, maka hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini sebagai
berikut :
1) Faktor-faktor acuan merupakan faktor-faktor yang
menimbulkan minat beli konsumen sarung.
2) Faktor Harga dan Faktor Acuan merupakan faktor-faktor yang
paling dominan yang menimbulkan minat beli konsumen sarung.
BAB II
PEMBAHASAN
Component Transformation Matrix
1
Tabel 3. Transformation Matrix
Sumber : Output Program SPSS
Dari tabel 3 dapat dijelaskan bahwa pada diagonal faktor
(component) 1, 2, 3 dan 6 jatuh diatas angka 0,5 (0,703, 0,766, - 0,720 dan
0,601), membuktikan bahwa keempat faktor (component) yang terbentuk sudah tepat
karena mempunyai korelasi yang tinggi. Diagonal component 4 dan 5 menunjukkan
angka dibawah 0,5 yang menunjukkan terdapat component lain pada masing-masing
faktor yang mempunyai korelasi cukup tinggi. Pada Faktor (component) 4,
diagonalnya menunjukkan angka 0,152. Component 4 pada faktor-faktor 1,2,3, 5
dan 6 menunjukkan angka lebih besar, bahkan pada Faktor 5 (component 4)
menunjukkan angka - 0,679.
Demikian pula pada faktor (component) 5, dengan
angkamenunjukkan 0,074 padahal untuk faktor 6 (component 5) menunjukkan angka
0,672.
Dari analisa tersebut diatas, maka terbentuknya Faktor 1,
Faktor2 dan Faktor 3 sudah tepat karena mempunyai korelasi yang tinggi. Faktor
4 dan Faktor 5 mempunyai korelasi yang rendah sehingga masih ada korelasi
dengan fakor yang lain., sedangkan Faktor 6 sekalipun mempunyai korelasi yang
tinggi (faktor 6 dengan component 6), tetapi mempunyai korelasi yang lebih
tinggi dengan component 5. Dengan demikian, antara Faktor 4, 5 dan 6 cenderung
terjadi interkorelasi.
Menentukan Label Faktor
Setelah faktor-faktor terbentuk, ternyata variabel-variabel
yang masuk pada masing-masing faktor tidak sama dengan yang diprediksi
sebelumnya. Oleh karenanya, perlu memberikan nama label baru yang
representative bagi variabel-variabel yang masuk didalam masing-masing
faktor-faktor sebagai berikut : Kualitas kain (24,30 %), Acuan (18,55%), Merek
dan Warna (7,95 %), Kemasan dan Harga (5.89 %), Diskon dan Hadiah (4,96 %) dan
Ketersediaan (4,44 %). Jumlah varians tersebut diatas kurang dari 100 %,
menunjukkan masih tedapat stimuli pembelian sebagai faktor-faktor lain yang
belum terungkap, yaitu : ekonomi, teknologi, politik dan budaya.
Interpretasi faktor-faktor
Semua variabel yang masuk pada tiap-tiap faktor mempunyai
korelasi positip, artinya bertambah besar loading variabel yang bersangkutan
bertambah besar pula kecenderungan minat beli konsumen terhadap produk sarung
Faktor Acuan. Faktor Acuan (18,55 %), yang terdiri dari
variabel: tokoh / pejabat terkenal(loading 0,860), bintang film cakep(loading
0,825), tokoh / kyai / ulama idola (loading 0,793), kainnya tebal (0,604),
referensi anggota keluarga(loading 0,579) dan referensi temankolega (loading
0,533).
Dengan besarnya kecenderungan terhadap figure, maka konsumen
sarung berarti memiliki salah satu dari ciri group believer, yang
tersentralisasi pada kehidupan keluarga, mempunyai kepercayaan kepada otoritas
figure (trust authority figures) dengan pejabat yang terkenal sebagai mode yang
paling baik ditiru, kemudian bintang film yang cakep yang merupakan obsesi
untuk mendapatkan self performance seperti bintang film yang cakep, dan ulama /
kyai / tokoh idola menunjukkan betapa kuat peranan tokoh panutan dalam
mensosialisasikan budaya
berpakaian.
Faktor-faktor dominan
Dalam hipotesis diduga harga dan acuan merupakan faktor yang
paling dominan yang menimbulkan kecenderungan minat beli konsumen sarung.
Dari hasil analisis secara keseluruhan, ternyata
faktor-faktor yang paling dominan yang menimbulkan minat beli konsumen sarung
secara berurutan adalah Faktor Kualitas dan faktor Acuan.
Faktor Kualitas (kehalusan kain, motif kotak-kotak, tidak
mudah kusut, warnanya tidak mudah pudar dan luntur, jahitannya rapi dan kuat,
terasa nyaman bila dipakai awet dan tidak mudah koyak) merupakan faktor yang
paling dominan dengan varians sebesar 24,30%.
Faktor Acuan (pejabat terkenal, ulama/kyai/tokoh idola,
bintang film yang cakep, anggota keluarga, teman.kolega, kain yang tebal)
merupakan faktor dominan selanjutnya dengan varians sebesar 18,55%.
PENUTUP
BAB III
3.1 Kesimpulan
1) Faktor-faktor yang menimbulkan minat beli konsumen terhadap
produk sarung adalah Faktor Kualitas, 24,30 %, terdiri dari jahitan kuat dan
rapi, tidak mudah pudar dan luntur, tidak mudah kusut, nyaman dipakai, awet dan
tidak mudah koyak, motif kotak-kotak, kainnya halus, pilihannya lengkap. Faktor
Acuan, 18,55 %, terdiri dari: pejabat terkenal, bintang film yang cakep, ulama
/ kyai / tokoh idola, sarung yang tebal, anggota keluarga, teman kolega. Faktor
Merek dan Warna 7,95 % terdiri dari: pertimbangan merek, merek terkenal, merek
tertentu, mempertimbangkan tempat pembelian, membeli ditempat terkenal,
kombinasi warna yang cemerlang, harga yang sebanding dengan kualitasnya. Faktor
Kemasan dan Harga 5,89 % terdiri dari: manfaat kemasan, bentuk dan desain
kemasan, bahan kemasannya tahan lama, membanding-bandingkan harga, harga
dasarnya murah.
Faktor Diskon dan Hadiah tingkat kepentingan 4,96 % terdiri
dari: mendapatkan discount harga, pembelian berhadiah. Faktor Ketersediaan 4,44
% terdiri dari satu variabel saja, yaitu : membeli di toko / pasar terdekat.
2) Faktor paling dominan yang menimbulkan kecenderungan minat
beli konsumen sarung adalah Faktor Kualitas dan Faktor Acuan.
3) Konsumen sarung lebih cenderung untuk memilih sarung yang
nyata manfaat fisik produknya yang menunjukkan bahwa tolok ukur value produk
sarung bagi konsumen adalah variabel-variabel yang masuk dalam Faktor Kualitas
tersebut diatas.
3.1 Daftar Pustaka
Aaker, Jennifer L. 1991, The Malleable Self : The Role of
Self Expression in Persuasion, Journal of Marketing Research, Vol XXXVI, 44-57.
Amy K. Smith, Ruth N Bolton dan Janet Wagner, 1999, A Model
of Customer Satisfaction with Service Encountters Involving Failure and
Recover, Journal of Marketing Research, Vol XXXVI, 366-472.
Assel, Henry, 1996, Cunsumer Behavior and Marketing Action,
PWS-KENT Publishing Company, Boston.
Chijiwa, Hideaki, 1987, Color Harmony, A Guide to Create
Color Combination, Rockport publisher, Rockport, Massachusetts.
Cracens, David Wm, 1997, Stategic Markerting, Fifth edition,
Irwin Book Team.
Jumaeri, Wagimun, Jufri Rasyid, Djamhir, Okim, Gani, Hasan,
1975, Pengetahuan Barang Tekstil, Institut Teknologi Tekstil Bandung, Bandung.
Kotler, Philip, 2000, Marketing Management, The Millnennium
Edition, Prentice Hall International, Inc.
Maholtra Naresh K, 1996, Marketing Research, An Applied
Orientation, NJ, Prentice Hall, Inc.
Moerdoko, Wibowo, Isminingsih, Wagimun, Soeripto, 1973.
Evaluasi Tekstil (bagian fisika), Institut Teknologi Tekstil Bandung, Bandung.
Niraj Dawar dan Philip Parker, 1994, Marketing Universal:
Consumers Use Brand Name, Price, Physical Appearance, and Retailer Reputation
as Signals of Product Quality, Journal of Marketing, Volume 58, 81-95.
Priyono, Fredy Agus, 1997, Analisa Faktor-Faktor Yang
Dipertimbangkan Konsumen Dalam Membeli Minyak Goreng Merek Ikan Dorang (Study
Kasus Pada PT Ikan Dorang Surabaya (tidak dipublikasikan), PPS Untag Surabaya.
Santoso, Singgih, 2002, SPSS Statistik Multivariat, PT Alex
Media Komputerindo, Jakarta. 2001, Statistik Non Parametrik, Buku Latihan SPSS,
PT Alex Media Komputerindo, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar